KEMATIAN, KELAHIRAN DAN YANG ADA DIANTARA KEDUANYA

Sesuatu yang menguras emosi selalu menginspirasi. Misalnya cinta. Saat dibuai cengkraman cinta, tak ayal ribuan gurindam dapat terangkai dengan mudah, jutaan lagu terdendang sendu saat cinta dipatahkan berkeping-keping dengan hujaman maha dashyat.

Hal lain yang menurutku menginspirasi adalah kelahiran. Takkan tertangkis perasaan luar biasa yang tak terdefinisi dengan delapan belas bahasa saat kakak kita melahirkan keponakan yang nantinya akan kita manja dengan sayang. Vikita Ravelra, keponakanku itu lahir pada 17 Agustus 2010 tepat pukul 10.15. Nafas pertamanya terhembus tersenggal-senggal diselangi tangisan bertenaga dari rahang dan tubuhnya yang hanya berbobot 2, 12 kg. Bayi normal lahir dengan 2, 5 kg. Namun itu tidak menghapus euforia yang ada. Bahkan untuk pertama kalinya aku melihat mas Rizky meneteskan tetes air mata haru. Bayi mungil itu keponakanku. Amboi, tahu kah kau bagaimana rasanya jadi paman.

Dua minggu kemudian aku bertemu lagi dengan hal lain yang juga menginspirasi : kematian. Kematian menjadi sumber inspirasi pokok dari geng-geng emo dan underground yang tidak lain hanya wujud sederhana dari teriakan hati mereka yang merasa mati itu indah, hidup itu lebih sulit. Tak tersangka oleh benakku, Pak Fatkur, Ayahanda dari kakak iparku, alias mertua kakakku, nyawanya terenggut di bulan suci ini di ICU RSUD SIDOARJO. Ia menyerah di tangan penyakit jantung koroner yang populer membunuh secara tiba-tiba. Padahal baru malam harinya kakakku yang demam tinggi dijenguk oleh Pak Fatkur bersama istrinya.

Semenjak itu, sahur menjadi hal yang tidak nyaman kulakukan entah kenapa. Ada perasaan beraduk aduk di relung. Beliau peduli dengan kakakku. Dan mengapa kematian beliau begitu dekat dengan kelahiran cucu barunya?

Dua perasaan beraduk campur yang berbeda hanya berselang dua minggu. Menamparku untuk sadar bahwa setiap hari ada orang yang lahir dan meninggal. Orang Jakarta menyebutnya regenerasi. Kini Aku tahu, untuk hidup itu kita harus antri terlebih dahulu, karena manusia semakin kuat saja berusaha mempertahankan apa yang mereka sebut sebagai kehidupan. Mau tak mau yang mendapat nomor antrian lebih gendut harus bersabar menunggu lebih lama.

Kematian dan kelahiran. Terjadi setiap detik di seluruh dunia. Nilainya tergantung bagaimana kita menyikapinya. Sekeras apa kita mau mengetahui bahwa terselempit sesuatu dicelah antara kelahiran dan kematian. Sesuatu yang harganya tak tergadai intan berlian!