JANGAN KAU RENGGUT MALAMKU

Pandanganku menembus liang ilmu
Pandanganku tak teremas remah-remah keraguan
Pandanganku tak termakan rangkaian metafora yang beruntai-untai
Pandanganku tak terusik tarian majas empat ratus dua puluh bahasa

Ia diam tak terendus syahdu
Syahdu jantung ini yang menghujam-hujam
Dengan ribuan ekspektasi yang kucumbu bersama ketidakpeduliannya

Langit tertutup atap
Bulan tak dapat mengintip sedikit
Ke celah tiang senja
Yang belum begitu jingga

Tak kunjung mataku menang
Tak kunjung hambar terbuang

Dia hanya diam
Dia dalam diam
Diam menyimpan parang
siap menghujam dadaku
mengeluarkan isinya terburai-burai

Haruskah aku terjaga setiap malam
Menyiangi cintaku yang tumbuh kepalang panjang
melebati hatiku hingga ingin rasanya dada ini pecah

Jangan kau renggut malamku
Malamku yang menari-menari di malam minggu
Yang ingin melukis hujan dan mendoakan kemarau

Jangan kau coba untuk membunuh purnama
yang akan melengkung setiap tanggal enam belas
Seperti parang yang kau simpan
Untuk menghujamku
Atau untuk menyiangi cinta yang mengakar lembut