GENESIS

1


BLEKI MELAHIRKAN!!! Hmmm, mungkin luput kuceritakan kepada kalian siapa si Bleki ini. Bleki adalah seekor kucing berwarna putih dengan motif kuning-coklat yang sudah menunggui rumah ini sebelum aku dan teman-temanku mengontraknya satu semester yang lalu. Kok bisa namanya Bleki? kan warnanya putih? Well, jika kamu menanyakan hal itu, kamu menjadi orang ke seribu yang mengutarakan pertanyaan yang sama. Awalnya si Jibril menghibahkan nama kepada kucing itu secara sembarangan. Sempat membuatku mulas karena blo'onnya Jibril memberi nama sangat kontra realita. Dipikir-pikir, lucu juga jika Ia dipanggil Bleki. Jadilah namanya Bleki. Kucing manja yang selalu mengeong sambil melingkar-lingkar di kakiku atau Jibril setiap pulang dari Burjo Kesuma beli tongkol atau bandeng. Ternyata hidung Bleki cukup tajam juga.

Bleki hamil beberapa bulan lalu. Aku dan Jibril sedikit gusar. Kami sempat menghakimi Bleki terinduksi pergaulan bebas karena terlalu banyak nonton sinetron yang kurang mutu. Kami juga sempat menimbang-nimbang lapor ke KPI untuk melaporkan efek konten penyiaran sinetron yang tidak sehat sebelum Bleki bersumpah bahwa dirinya tidak tahu siapa yang menghamilinya. Katanya, waktu dia lagi nge-bucks (nongkrong) di pasar ikan Bantul kapan hari, tiba-tiba lehernya digigit dan dia ditusuk dari belakang. Kucing jantan tidak bertanggung jawab itu sudah lari sebelum Bleki sempat melihat wajahnya, apalagi minta nomer hape-nya. Bleki sempat galau. Apalagi Bleki tidak memiliki akun twitter, seperti manusia-manusia yang sering galau di sana. Katanya gengsi pakai akun yang simbolnya makanan dia, burung emprit.


Aku dan Jibril sepakat bahwa Bleki adalah korban tunggal atas kejadian ini. Kami menawarkan Bleki untuk aborsi tapi Ia menolak mentah-mentah. Katanya, apa pun yang terjadi, Ia akan mempertahankan benih yang ada di perutnya, hidup atau mati. Ia setres sampai-sampai tumbuh uban di sekujur tubuh (sebelum aku sadar bahwa bulunya memang berwarna putih dari sananya). Bleki sempat jadi model untuk tugas fotografiku. Dia menjadi model di beberapa halaman di album foto diary-ku bertajuk "EQUILIBRIUM : RENUNGAN-RENUNGAN".

Tanggal 24 Desember 2011 kemarin amat bersejarah bagi Bleki. Ia melahirkan anak-anaknya di bawah dipan bekas di teras rumah kontrakan kami. Aku dan Jibril, bersama Ibu kontrakan menemani Bleki melahirkan. Bleki wanita yang tangguh, dia melahirkan anak-anaknya sendiri, tanpa bantuan, bahkan ia memotong ari-ari anak-anaknya dengan giginya sendiri. Maka, lahirlah 5 anak-anak kucing yang semua mirip Bleki. Bleki sangat terharu melihat anak-anaknya lahir dengan sehat. Wajahnya masih sangat pucat ketika ia membelai anak-anaknya dengan lidahnya. 

Kata Bleki : "Anak-anak ini hanyalah karunia yang Tuhan titipkan kepadaku dengan cinta. Tuhan memberiku sayap cahaya untuk ditanamkan kepada mereka, karena di suatu masa nanti, ia akan berlari sendiri dengan keempat kakinya, mencari makan, dan meneruskan ekosistem rantai makanan. Kami dilahirkan untuk dicintai, dimanja, dan merubah hati seseorang menjadi sejuk, maka peliharalah anak-anakku dan diriku, biar sejuk jadinya rumah ini,"

Anak-anaknya kami beri nama : Guki, Dogi, Scooby, Hachiko, dan Siro.
(Percayalah mereka semua anak-anak kucing)

Dan sumpah, ini pertama kalinya aku melihat langsung proses persalinan makhluk Tuhan secara live. Meski aku harus merem-melek berkali-kali sambil meremas rambut dan menggigit sandal.

2

Persebaya vs Persija dihelat di stadion sultan agung bantul! Hanya tiga kilo jauhnya dari rumah kontrakanku. Ini pertama kalinya aku 'mbonek' ke stadion mendukung langsung Persebaya bersama ribuan Bonek yang datang langsung dari Surabaya hanya untuk menyoraki tim kesayangannya bermain. Bonek tidak sekeji yang diperbincangkan orang. Bonek punya etika. Bahkan dirigennya berseru agar seluruh bonek selama 1 menit saja mengheningkan cipta mengenang jasa pahlawan-pahlwan Bonek di masa lampau, para pejuang yang penuh nyali mengangkat bambu runcing dengan gagah di tanah Surabaya. Bonek menyalamkan perdamaian. Bonek memanggil semua orang dengan 'dulur'. Dan mungkin hanya beberapa yang sok jagoan, merasa berkuasa dan dikiranya hidup ini hutan rimba. Masih ada beberapa orang yang mengira manusia masih nomaden.

Ikut menyanyikan yel-yel mendukung Persebaya di tengah-tengah suporter fanatik Persebaya, membuat rasa rinduku pada Surabaya terbumbung meninggi kembali. Oh, Surabaya, bagaimana tampangmu sekarang ini? Sudah berbulan-bulan rinduku belum lunas kepadamu. Ranah lahirku, ranah juangku.
Ini pertama kalinya aku jadi bonek dan aku ketagihan!


3

Aku memblokir facebook FRW. Bukan hal besar. Tapi cukup membuat hatiku mendung sampai selama ini. Memblokir facebook FRW rasanya seperti menyobek bendera. Yang setiap senin kuberi hormat dengan sangat tulus. Akun profilnya yang aku refresh setiap sembilan belas menit agar aku dapat membaca aksara-aksaranya yang ia update , satu-satunya huruf yang mewakili eksistensinya di dalam hidupku belakangan.

Dan bodohnya, aku masih terpenjara dalam kebiasaan lamaku. Iseng-iseng mengetik namanya di search box facebook, tetapi tidak muncul karena sudah kublokir. Terus saja secara bawah sadar aku melakukannya. Aku juga unfollow akun twitternya.

Move on is not as easy as i called my lecturer as a shit. Dan memblokirnya dari dunia maya seperti sebuah langkah baru, langkah yang berani, yang membuat banyak pertentangan di dalam diriku sendiri. membuat elemen-elemen perasaan di dalam dadaku bergelut satu sama lain. Sebuah langkah awal untuk lebih mendekat kepada move on. Memulainya saja seperti menelan timah panas. Sesak bukan main di kerongkongan. Umpama menelan biji kedondong mentah-mentah.

Tetapi aku sadar, dengan aku terus mencintainya, itu tidak membuatnya lantas bahagia. Dan ketidakbahagiaannya adalah sebuah langkah timpang menuju sebuah cita-cita mulya yang sudah kutanam di sini, di kepalaku. Aku menanamkan namanya sebagai cinta dan cita-cita yang agung. Tapi esensi dari semua ini adalah aku ingin dia bahagia. Dan jika esensi itu memang harus diwujudkan tanpa aku, maka aku akan bersembunyi dengan selimut-selimut mendung. Mencoba membuat diri sendiri mulai mengakrabkan diri dengan ketegaran. Karena sejatinya, ketegaran adalah karunia yang ditanamkan Tuhan diantara tulang rusuk kita agar kita dapat berdiri tegak. 

Aku akan menyibukkan diri dengan buku-buku. Entah aku harus membenamkan cita-citaku yang lain (membangun bibliotek untuk FRW, semacam taj mahal untuknya) atau menyimpannya untuk hadiah pernikahannya dengan pria lain nantinya.

Itulah cinta, pengibur dan pembunuh terbaik yang pernah ada.

Ini pertama kali aku memblokir akun dunia maya miliknya dari akunku. Dan langkah awal, akan selalu terasa berat. Begitu kata sahabat-sahabatku.

Semua hal di dunia ini memiliki awalnya, sebuah genesis, awal dari segalanya. Dan hari ini, aku menatap gerimis secara lebih tegar. Gerimis yang sama dengan yang kutangisi sembilan hari yang lalu.