KETIKA RPL DAN BROADCASTING PACARAN = ANTARA REKAYASA DAN SANDIWARA

Disini Aku membahas tentang riset kecil-kecilanku tentang fenomena banyaknya siswa smkn 1 Surabaya (Aku bersekolah disini saat post ini Aku upload) program keahlian Rekayasa Perangkat lunak (RPL) dan Broadcasting yang menautkan hati satu sama lain. Tentu saja parameter ini prespektif dan tidak hanya berlaku pada lingkup sempit smkn 1 surabaya. Tapi berlaku juga di spot-spot lain dengan kondisi yang diadaptasikan.

Sebenarnya post ini agak sentimentil. Bagaimanapun Aku tidak bisa lantas menafikkan kalau Aku yang broadcasting, menemukan cinta sejati yang merantai hatiku di hati satu kakak kelasku yang tidak secara kebetulan adalah siswa RPL juga (BACA : 1001 PENANTIAN UNTUK CINTA SEJATI)

Pertama-tama, Aku ingin menguraikan dulu, fenomena ini berangkai bak jamur ketika pertama kali Aku berikrar cinta pada si DIA itu pada April 2009. Berturut-turut RPL-Broadcast jadi trand. Bukan nyombong, tapi faktanya memang kebetulan Aku jadi pengawal.

Diantaranya :
  1. Sisil Broadcast - Kak wisnu RPL
  2. Tropic Broadcast - Kak Godek RPL
  3. Kak Vian Broadcast - Kak Prita RPL
  4. Verina Broadcast - Prambudi RPL
  5. Dinda emak Broadcast - Upin RPL (PDKT)
  6. Riris Broadcast - Kak Amirul RPL (BROKEN)
  7. Dan masih banyak lagi
Yang perlu kita cermati adalah rata-rata dari pasangan ini justru bertahan dalam waktu yang lumayan lama. Aku sendiri dulu setahun, Sisil-Kak wisnu sudah hampir dua tahun dan masih langgeng jaya, Tropic dan Kak Godek walau hubungannya beberapa kali diguncang badai, tapi mereka juga sudah hampir dua tahun menaut hati. Belum Verina dan Prambudi yang agaknya akan bertahan lama karena kelanggengannya, bahkan ketika Prambudi sekarang di Jakarta. Hebat nian deh. Eits, jangan lupakan Kak Vian, hubungan harmonis mereka acap jadi panutan dalam berpacaran.

Pertanyaannya : kok bisa?


Kak Prita saat dihubungi remaja jelata di akun facebooknya, memilih bungkam dan malas membahasnya, bisa saja karena terlalu indah dilupakan dan terlalu perih dikenang, mirip lagunya Ruth Sahanaya bangget.


Bagaimana dengan pendapat yang lain?


"Ya itu, wes pokoknya rekayasa dan sandiwara tok, " kata Tropic saat dihubungi Remaja Jelata lantas tertawa. 


Berdasarkan pemikiranku saat buang air besar kagak nahan di suatu pagi, entah tepatnya tanggal berapa, persetan, Hal unik ini bukan saja faktor kebetulan semata. 

  1. Karena dari faktor idealis, RPL dan Broadcasting bersebrangan. RPL yang mengandalkan logika dan realitas melawan Broadcasting yang penuh unsur seni, imajinasi, dan eksplorasi ekspresi. 
  2. RPL yang bekerja lebih dominan di depan komputer dan duduk diam melawan Broadcasting yang prosentase kerjanya lebih banyak dikecap di lapangan, tentunya bukan lapangan bola, nanti kena sinar laser gimana? Broadcasting lebih banyak bergerak.
  3. Secara Biologis, Anak RPL lebih mengandalkan otak kiri, sedangkan Broadcasting lebih mengandalkan otak kanan, dalam situasi tertentu, mereka mengaktifasi otak tengah, makanya mukanya pada nggak banget
  4. RPL badgenya warna oranye, Broadcasting warna ungu, yang dalam seni colouring benar-benar bukan satu fusi alias nggak nyambung banget jek.
  5. RPL bergerak di industri fungsi sedangkan Broadcasting diindustri hiburan
Nah, perbedaan-perbedaan di atas belum semuanya, ini hanya yang secara general dan dalam sudut kontekstual yang bersebrangan secara kontras.


Tapi, jika ditelaah lebih bijaksana, justru perbedaan-perbedaan seperti itu yang membuat mereka saling mengisi satu sama lain, dimana dalam hubungan itu mereka mengharapkan adanya keturunan yang nantinya memiliki kelebihan dari dua bagian otak (kanan dan kiri), dan segala kekompleksitisan fusi kebaikan-kebaikan RPL - Broadcasting dalam satu wujud biologis dari gen mereka. Ini yang disebut Stephan Hawking dalam teorinya sebagai "teori genetika". Insting seperti itu ada, tapi kita tidak menyadari, atau bahkan menafikkan.


Didukung teori Albert Einstein tentang Behaviour genetic, yang meyatakan perilaku dan kelebihan-kelebihannya dapat difusikan secara genetik secara turun temurun.


Nah, kok bisa lama-lama?

Dari sudut pandang subjektif,  jujur saja, dalam hubunganku dulu terjadi banyak konflik lantas selesai dan timbul konflik baru dan selesai lagi. Konflik itu timbul karena perbedaan (IPS SMK Kelas XII semester 1), nah tapi si konflik itu sendiri bukannya tidak berguna, tapi justru disitu ada nilai kompetitif dan kerja sama, team work, membentuk satu kesatuan menyelesaikan masalah bersama-sama. Ada unsur dialog dalam penyelesaian masalah sehingga disitu akan didapat lebih banyak interaksi.



Betul tidak? Lahir banyak konflik itu karena perbedaan-perbedaan tadi mendasar, termasuk ideologi otak kananvs kiri. 


Tapi jangan lupa ilmu magnet! saat kutub yang sama didekatkan mereka justru akan saling menolak. Tapi jika kutub yang berbeda disatu padukan, mereka akan kencang menempel seperti enggan pergi.