CAHAYA BERKAFILAH
Cahaya itu membias merekah-merekah
Disambut picingan mata kepatahhatian
Terenyuh oleh sebilah parang dua mata
Yang dapat membelah cahaya sekali hujam
Tersentak lagi jam berkeciap
Tersentak lagi lampu jalan meredup
Jangan melihat angkasa malam
Karena bintangnya seperti garam
Yang ditabur oleh Tuhan
Tinggal menunggu kapan Tuhan memakan semesta
Jangan coba menggapai langit
karena tangan kita hanya sejengkal lengan
Tak lantas dapat kau gapai dengan memijak gunung
Diisi remah-remah hati yang bergunjing
Bergerumal...
Berderap-derap..
Membelenggu...
Aku percaya takdir
Berkat cahaya-cahaya yang berpendar
Berkat cahaya-cahaya yang berkafilah
Menguatkan bagai sereal disaat sarapan
Atau sate ayam saat makan malam
Jangan kau kira aku menyerah pada gurat malam
Atau pada bulan purnama
Karena bulan purnama pernah kucoba rengkuh untukmu
Aku menafikkan harga diri
Semua untuk cinta sejati
Dibantu Cahaya yang berkafilah
Entah dimana.
(Ketika galau, 1 Januari 2011)
Disambut picingan mata kepatahhatian
Terenyuh oleh sebilah parang dua mata
Yang dapat membelah cahaya sekali hujam
Tersentak lagi jam berkeciap
Tersentak lagi lampu jalan meredup
Jangan melihat angkasa malam
Karena bintangnya seperti garam
Yang ditabur oleh Tuhan
Tinggal menunggu kapan Tuhan memakan semesta
Jangan coba menggapai langit
karena tangan kita hanya sejengkal lengan
Tak lantas dapat kau gapai dengan memijak gunung
Diisi remah-remah hati yang bergunjing
Bergerumal...
Berderap-derap..
Membelenggu...
Aku percaya takdir
Berkat cahaya-cahaya yang berpendar
Berkat cahaya-cahaya yang berkafilah
Menguatkan bagai sereal disaat sarapan
Atau sate ayam saat makan malam
Jangan kau kira aku menyerah pada gurat malam
Atau pada bulan purnama
Karena bulan purnama pernah kucoba rengkuh untukmu
Aku menafikkan harga diri
Semua untuk cinta sejati
Dibantu Cahaya yang berkafilah
Entah dimana.
(Ketika galau, 1 Januari 2011)