EUFORIA LEBAY SEPAK BOLA INDONESIA

Wah, piala AFF sedang ada di puncak popularitas di negara Indonesia, negara yang selalu nangkring di urutan lima besar dalam hal nyetak anak. Jelas saja, negara siapa coba yang tidak dibuat bangga bila tim nasionalnya jago di bidang olahraga yang paling mendunia? Pastilah menepuk-nepuk dada satu negara walau yang main cuma sebelas orang di lapangan.

Euforia makin menjadi-jadi ketika Indonesia memenangi empat partai berturut-turut. Apalagai tahun ini Timnas dibela oleh orang baru yang wajahnya "unyu beudhz" kata gadis-gadis baru gede yang bahkan sebelumnya nggak tahu apa-apa tentang bola. Siapa lagi jika bukan si unyu Irfan Bachdim. Bebearapa gadis baru gede sok imut menyebut dengan embel-embel "kak" setiap menggosip sesama teman sok imutnya tentang dia. Paling ngomong skill cuma semenit, dua jam sisanya ngomongin bokong semok Irfan Bachdim atau mata bulenya. memperlihatkan antara publisitas dengan konstribusi personal kadang-kadang memang timpang.

Kita tidak boleh memungkiri bila sekarang nasionalisme sedang di puncak. Seluruh warga demam bola. Lebih baik demam sepak bola daripada sepak bola demam. seperti yang sudah terjadi berdekade-dekade. Bahkan sebenarnya masih demam. Bayangkan saja, PSSI pernah pernah dipimpin koruptor dari balik jeruji! apa nggak juancuk banget kayak gitu itu? FIFA protes sampek berbusa tapi hanya gombal didapat mereka. Benar-benar representasi dari gosip internasional jika Indonesia adalah negeri seribu omong doang. Kelihatan dari orang-orang gedhenya.

Di satu sisi, memang baik nasionalisme dibuncahkan. Tapi terkadang kita musti melihat dari paradigma lain. Eksplotifitas rakyata indonesia terhadap keberhasilan timnasnya yang baru sampai semifinal bisa jadi bumerang. Ini kan bisa jadi beban berat di pundak para pemain. Tidak mudah main sepak bola bawa karung beras. Bisa bayangin kan? Pemain timnas jadi tidak bisa main lepas. Mendukung boleh. Tapi jangan lebay mas!/mbak!. Dalam hal ini eksplositifitas bisa diterjemahkan secara konotasi maupun denotasi. Lihat kemarin, banyak petasan mbledos di lapangan. Ini bisa jadi alasan AFF untuk melarang timnas main di laga internasional di kandang. Coba main final tandang? Timnas kita sangat superior belakangan di kandang. Tapi main tandang? jangan terlalu berharap dulu deh.

Kita bercermin lagi. RakyatIndonesia seperti siap untuk berpesta. Siap kalah? apa jadinya jika ekspektasi sudah semembuncah itu lantas tidak terpenuhi? Kerusuhan akan terjadi dimana-mana. Ban-ban akan dibakar di jalan, atau di depan gelora bung karno. Ini tidak akan kita harapkan.Kita sama-sama berharap Indonesia Juara.

Dulu, waktu Indonesia main, paling banyak komentar "halah, paling kalah,". Sekarang, kalau Indonesia main, seluruh jalan lengang. Waktu okto gagal mencetak gol dari peluang emas kemarin, satu indonesia sama-sama teriak "COK!!". Benar-benar energi yang luar biasa. saat gol dilesakkan oleh Timnas kita, seakan negara ini gempa sesaat, oleh jingkrak-jingkrak dan teriakan gembira.

Di sisi politik. Ini bisa baik bisa bencana. Bisa jadi ajang caper untuk petinggi-petinggi. Nurdin bahkan salim ke Pak SBY waktu sama-sama menonton pertandingan. Kenapa nggak sekalian salim sambil jongkok atau bersimpuh. kalok caper nggak total memang. Bahkan "beliau" -jika masih pantas disebut beliau- koar-koar mau ngasih bonus. Padahal jutaan rakyat Indonesia berargumen jika keberhasilan Timnas tidak ada sangkut pautnya dengan nurdin. Ini sudah suudzan lagi rakyat Indonesia. Walau memang aneh koruptor bisa mimpin PSSI dari balik ruji masih bertahan di kursi empuknya sampai sekarang. SEKARAT!!!

Bagi politikus yang ngaku dituduh-tuduh -dituduh dalam artian subjektif orang njancu'i- bisa menjadikan momen ini sebagai pengalih isu dan ikut-ikutan nampang di stadion. Kok nggak ngencuk aja di kamar sama wanita simpanan atau istri muda? toh sama-sama nggak ngefeknya untuk kesejahteraan rakyat.

Makanya, sebagai warga negara yang baik, coba kita memproporsionalkan keadaan. Biaar nggak ada tikus yang loncat di keramian. Juga biar pemain kita leluasa nendang bola (belakangan rakyat jogja berharap bolanya warna biru).

Bravo sepak bola Indonesia! bravo pemain yang tidak asal modal unyu saja!