KONTRAKANKU YANG SEDERHANA

Kuliah di Jogja, adalah mimpiku yang telah lama kuerami dan kemudian sekarang telah menetas menjadi sebuah kenyataan yang terasa amat manis. Aku bukan pemimpi yang kreatif, karena aku terbiasa  mengepompong satu mimpi dengan genggaman tangan keteguhanku, jari-jari ketulusan, dan jantung ketabahanku hingga mimpi itu bermetamorfosa menjadi mimpi yang lain, yang bersayap, yang bercorak sangat indah tak tertanggungkan, yang membawaku terbang setinggi yang sayap mimpi itu mampu untuk membawaku mengangkasa.

Sejak dua tahun yang lalu, Aku memang sudah memiliki rencana untuk berguru di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, universitas seni negeri tertua dan terbaik di seluruh jagad zamrud khatulistiwa, kiblat para pendekar-pendekar seni, junjungan seniman-seniman kondang, tempat karya-karya adiluhung terpahat.

Kini, Aku mengontrak rumah di daerah Cabeyan bersama tiga kawanku yang semuanya seniman hebat. Rumah kontrakan milik seorang Janda yang lahir pada tahun 1948 dan cerai pada tahun 1991. Demi Tuhan, bahkan Beliau cerai di saat bahkan Aku belum jadi embrio. Mungkin malah bibit sperma di testis Bapakku yang di kemudian hari menjelma menjadi Aku, belum diproduksi juga. Kami memanggil Beliau "SIMBAH".

Tiga kawanku ini, nantinya bakal menjadi bahu-bahu tempat saling membantu dan memberi dukungan. Berikut orang-orang langka yang kuhikayatkan :

EKA WAHYU PRIMADANI (alias WAHYU alias KECAP)

Aku memanggilnya Wahyu waktu SMP. Sebelum lebih akrab memanggilnya "KECAP". Bayangkan, kurang agung apa orang tuanya memberi nama, sampai bisa dipanggil kedelai cair berwarna pekat begitu. Kecap bisa kubilang seperti sengaja dikirim Tuhan untuk mempermudah mewujudkan semuanya. Ia merupakan kawan satu kesibukan di SMP dulu, dalam ekstra kulikuler teater. Lantas Aku meneruskan ke SMKN 1 Surabaya jurusan Broadcasting sedangkan ia melanjutkan darah seninya ke SMKI Surabaya atau SMKN 9 Surabaya jurusan teater. Bukan main tak pernah kucela pilihannya dahulu masuk jurusan teater yang satu angkatan hanya berjumlah tujuh orang itu.

Ia memperkenalkanku dengan kompatrot-kompatriot seninya yang banyak mendaftar di ISI. Ia tidak mendaftar jurusan teater, melainkan mendaftar jurusan yang sama denganku yaitu jurusan ilmu televisi,

Seperti yang pernah kudeskripsikan, Ia sangat berbakat menjadi salah seorang sopir bus sumber kencono. Trade mark bus yang Dia puja. Dia juga merupakan orang yang tidak punya perasaan terhadap sepeda motornya sendiri. Sepeda motor revonya ia perlakukan seperti buroq saja. Kan rasanya sangat over valued gitu lah. Motor 110 ccnya sering kali menggeram-geram protes seperti mau muntah. Jika Aku bisa bahasa motor, barangkali motor itu sudah mengumpat-ngumpat dan menangis tak berdaya. Kelakuan Wahyu pada motornya tak ubahnya seperti menunggangi keledai dan memaksanya berlari seperti zebra dengan memecutinya memakai cambuk berduri. Selah sekecil apa pun, akan disasak Kecap tak peduli nyawa orang yang duduk di belakang boncengannya.

Kecap sangat supel dan santun. Kemampuannya berbahasa Jawa halus tentu saja jauh lebih bisa diandalka dari pada Aku yang lebih pandai berkomunikasi dengan kucing ketimbang orang yang mengajak bicara bahasa Jawa halus.

Kecap juga tidak sungkan untuk melirik cewek cantik yang ada di pinggir jalan sampai memutar kepalanya seratus delapan puluh derajat. Tipe pengendara motor yang mudah mengalami kecelakaan jika satu jalan dipenuhi cewek cantik. Jika ada cewek cantik yang Kami temui di bus, jalan, atau angkringan, Ia seperti tersetting otomatis untuk memberi penilaian yang luar biasa subjektif dan fisiksentris dalam rasio 1-10 yang kemudian biasanya Ia lanjutkan dengan memberi komentar mulai dari ujung rambut sampai ujung rambut yang lain.





JIBRIL HARI ASROWI

Kawan kontrakanku satunya bernama Jibril. Jibril memang nama aslinya. Aku tahu jika Kau pertama kali mendengar namanya akan membatin, "hidih, berat amat nama Dia," . Karena Aku juga membatin begitu saat pertama kali mendengar namanya dari Kecap.

Ia berguru di kejuruan musik dengan major piano klasik. Jibril memiliki segalanya untuk menjadi pianis ternama. Bakat alam, semangat untuk belajar dan ketekunan yang amat menggetarkan. Ia memboyong piano elektrik dengan sebelas oktaf ke kamarnya di rumah kontrakan Kami. Ketika memainkan pianonya, jari-jarinya bercahaya, nada-nada yang Ia timbulkan begotu wangi dan memanjakan telinga. Versi Ryzal Edwin Simaenda, jari-jari Jibril ketika sedang bermain piano, terlihat seperti dipahat sendiri oleh malaikat Jibril dengan kuku-kukunya.

Ia membaca notulen sonata no.8 pathetique milik  Ludwig van beethoven seperti sedang membaca buku "Panduan mudah membaca" yang kondang dengan kalimat "Ini Budi.. Ini Bapak Budi…".

Jika mendengar cerita-cerita tentang Jibril dari Orang-Orang, Jibril pasti tergambarkan seperti sosok hedon yang tak acuh, sok cool, dan merasa sangat keren sehingga digandrungi banyak cewek-cewek yang semua Ia abaikan secara sangat tidak berkeperimanusiaan. Tentu karena ia sering dibicarakan karena kemampuannya berpiano klasik yang diatas rata-rata.

 Namun, pada kenyataannya, Jibril merupakan sosok yang sangat sederhana dan bersahaja. Logat bicaranya masih kental dengan aksen ngawi yang sangat medhog. Pembawaannya sangat berbudi. Tidak ada celah untuk kesombongan dalam dirinya. Sepertinya Ia belum pernah berdiri menengadahkan dagu seumur hidupnya.

Keluguannya kadang membuatku terbahak-bahak. Ketika ngobrol, Aku belum pernah mendapati Jibril membicarakan kehandalan dirinya sendiri. Diam-diam Aku iri padanya karena Aku harus berusaha keras agar dapat menjadi sederhana sepertinya. Aku merasa sangat kecil dan tidak berguna karena menahan kesombongan di dalam dadaku. Kerendahan hatinya seperti memiliki banyak tangan yang membuat tarian-tarian perangainya sangat indah.

ia pernah bercerita padaku dengan polosnya jika Dia pernah disunat dua kali! Dan seketika tawaku meledak-ledak tak berhenti sampai perutku mulas.

Menangkap potensinya dengan mata dan telingaku sendiri, menimbulkan niat jahat untuk mengeksploitasinya mengajariku bermain piano sampai bisa! Hihihi.. Aku berdalih, Jika Dia nantinya mengajar musik, pasti akan menemui banyak orang sepertiku yang benar-benar buta nada. Sekalian latihan gitu kan.




MUHAMMAD SUTAN HARAHAP

Menderita gigantisme (ketika Aku menulis artikel ini, Aku belum sempat mempertanyakan kebenarannya secara harafiah), ukuran tubuhnya yang sangat besar membuatnya tampak seperti beruang grizly. Ukuran sepatunya lebih dekat dengan perahu dari pada sepatu. Kursi yang biasa diduduki Jibril untuk bermain piano, saat diduduki Sutan sampai melengkung tak ubahnya lambung kapal seruk.

Dibalik penampilan gaharnya, Sutan mampu memainkan bass dengan kekuatan yang tak kalah magis dibanding Jibril.  Anak-anak nada rendah yang Ia lahirkan dari senar-senar tebal bassnya terdengar bertalu-talu melenakan. Sutan merupakan sosok yang tidak gemar banyak bicara, tidak suka berspekulasi, tidak menikmati perdebatan, dan bermoto hidup, "ayo kita makan".

***
Posisi pintu belakang kontrakanku yang hanya berjarak sekitar lima hasta dari pintu masuk mushola, membuatku lebih pandai bersyukur. Suara adzan yang meraung-raung tak ubahnya datang dari atap rumah kontrakan Kami sendiri sangking dekat jaraknya. Aku merasa lebih dekat dengan Tuhan, sholatku jarang bolong. Hal ini membuat celahku untuk lalai mendoakan almarhumah Ibuku tereduksi jadi kerdil. Berdoa menjadi lebih mudah, lebih indah, lebih nikmat, lebih beresensi.

"Wahai Allah Dzat yang mana nyawaku berada di tanganmu,
Aku simpuhkan segenap jantung dan segala detaknya di altar semestamu

Wahai Allah satu-satunya Dzat yang tidak bergantung pada ruang dan waktu…
Aku adalah pengagum beratmu
Tapi Aku adalah hamba yang durjana
Maka hilangkan lah segala materi kesombongan di dalam dadaku

Wahai Allah Dzat yang menciptakan langit dan bumi dalam satu titik volume nol,
Muliakan lah Ibuku di sisimu,
Damaikan lah hatinya di kuburnya,
Ringankan siksanya,
Suguhilah Ia dengan ketenangan di dalam pusaranya dalam menunggu yaumul baats

Wahai Allah yang maha pemurah dan membagi kebaikan tanpa tidur,
Peluklah doa-doa Bapakku dalam hijabahmu,
Tumbuhkanlah bibit-bibit kebijakan yang ada dalam dada Bapakku menjadi sesuatu yang mampu merengkuh bumi dalam kebaikan

Wahai Allah yang maha pengampun,
Ampunilah dosa-dosa Ibu tiriku,
Tanamlah kedewasaan dan suburkanlah seiring waktu yang menumbuhkan usia,

Wahai Tuhan yang menghadiahkan matahari dan bulan untuk bumi,
Lapangkanlah dadaku,
mudahkanlah urusanku,
lepaskan ikatan di lidahku agar Mereka memhami kata-kataku,"