CATATAN KECIL SEBUAH AWAL PERJALANAN

Tanggal 15 Agustus 2011 menjadi saksi sebuah perjalananku ke kota dimana seni dan pemikiran lebih dihargai dari pada di kota-kota lain.

Awal perjalananku berawal dengan hampir copotnya jantungku dibonceng oleh Wahyu, kawanku satu kontrakan di Jogja yang rumahnya tak seberapa jauh dari terminal bungurasih. Wahyu ini pengemudi yang sangat ugal-ugalan. Aku membatin, Dia memiliki potensi alami untuk menjadi salah seorang sopir bus sumber kencono. Sela-sela truk tronton yang hanya menyisa sela dua hasta diterabasnya tanpa ragu, pick-up dengan kecepatan 80 km/jam dari arah berlawanan ditantangnya adu berani, berhadap-hadapan hingga berkelok di detik terahir. Angin kencang yang terjadi akibat gesekan udara menari-nari menyapu mataku yang menyipit-nyipit kemasukan debu. Terlambat seperempat detik saja Wahyu membelokkan stang motornya, sudah pasti tandas nyawaku. Dalam lima menit setelah itu, Aku benar-benar meragukan kewarasan Wahyu.

Dari rumah Wahyu, Kami diantarkan Bapaknya Wahyu ke terminal bungurasih untuk menumpang bus antar propinsi yang sudah menjadi trade mark yang diagung-agungkan Wahyu : SUMBER KENCONO. Entah ada hubungan kekerabatan apa antara Wahyu dan bus-bus sumber kencono sampai-sampai Wahyu mengerti seluk beluk spesifikasi bus-bus sumber kencono mulai sasis sampai merk dompet sopirnya.

Ternyata, Aku menaruh kepercayaan pada orang yang tidak waras. Sopir sumber kencono ini seperti mengira sedang mengendarai pesawat berkecapatan cahaya. Ngebut seperti roket. Meski Aku haqqul yakin di pantat bus ini bertuliskan "BUS ANTAR PROPINSI" , bukan "BUS ANTAR GALAKSI".



Naik bus sumber kencono, sebenarnya cukup menghibur untuk orang-orang yang kriteria "hiburan"-nya agak kurang normal seperti wahyu. Naik bus sumber kencono tak ubahnya menaiki empat wahana yang ada di DUFAN dalam satu kesempatan selama beberpaa belas jam.

  1. Wahana sinema 4Dimensi. Kaca depan bus ini cukup lebar. Dari situ, penumpang mendapat suguhan gratis yang sangat nyata! Yaitu percobaan menantang maut dengan menembus jalur-jalur marka dan batas-batas jalan dengan kecepatan yang sangat brutal dan tidak berpendidikan. Bahkan, kursi-kursinya bergoyang lebih nyata dari pada wahana 4D yang ada di DUFAN ketika bus membalap dengan hanya berjarak 5 cm dari truk raksasa. Maka dari itulah, Sumber kencono sangat tidak dianjurkan untuk para manula dan Ibu hamil.
  2. Jet Coaster. Wahana pemacu adrenalin paling kondang itu belum bisa dikatakan menantang untuk orang-orang yang sudah sering naik bus sumber kencono. Di Bus ini, waktu untuk minum air putih dengan tenang dijatah dengan sangat terbatas, yaitu saat menurunkan dan menaikkan penumpang di jalan secara sembarangan.  
  3. Tornado. Jika katanya naik tornado dapat mengguncang-guncang isi perut, maka ketika naik bus sumber kencono, rasanya lambung dan paru-paru dipaksa masuk ke dalam ginjal kanan. 
  4. Black Jack dan Poker. Wahana ini belum Aku temukan di Dufan. Tapi menjadi satu aset menarik di Las Vegas. Letak keseruan permainan ini terletak pada keberanian dan keberuntungan petaruh untuk berjudi. Tak perlu jauh-jauh ke Las Vegas, dengan naik Sumber Kencono, berarti Kita telah mempertaruhkan nyawa Kita. Aku tidak yakin berapa kali Aku membaca Al-Fatiha dan beristighfar ketika menaiki bus ini. Jika lebih sering naik sumber kencono, barang kali Aku bisa Khatam Qur'an enam kali dalam satu perjalanan.
 Sampai di Jogja, setelah yakin isi perutku masih utuh semua, Aku dan Wahyu berdiam sejenak di perempatan dekat terminal giwangan menanti taksi. Kami terlihat seperti maling elpiji karena berjalan-jalan menenteng elpiji dengan tampang-tampang pendusta. Tersebab barang bawaan Kami yang banyak, Kami memilih naik taksi ke kontrakan.

Tanggal 17-nya, menjadi hari yang sangat konyol. Betapa tidak, kami jauh-jauh datang dari propinsi sebrang salah satunya untuk mengikuti upacara ini. Aku, Jibril, Sutan, dan Wahyu sudah necis dengan celana hitam kain yang distrika licin beserta kemeja putih dengan kerah seperti orang terhormat. Meski setelah kutakar-takar lagi, Kami lebih terlihat seperti Boyband gagal rekaman yang ganti halauan menjadi sales obat mencret.

Sialnya, waktu Kami datang di tempat upacara, di halaman rektorat ISI Jogja, sudah ramai orang-orang berbaris rapih. Sempat ragu untuk meneruskan langkah atau tidak, Kami menuju ke barisan. Semenit kemudian, protokolnya dengan suara yang sangat santun berbiacara, "bahwa.. upacara selesai.."

Datang dua menit sebelum upacara selesai, absen, langsung pulang lagi ke kontrakan = dasar orang-orang udik tidak berguna!