DOGI SI KUCING LUCU

Dogi si kucing menggemaskan

Dogi si kucing imut
Pertama-tama, biar kuberitahu sesuatu tentang betapa pentingnya memiliki peliharaan. Terutama bagi mereka yang JOMBLO.
Kita sebagai manusia memiliki dua kepentingan paling penting secara sosial. Yaitu : Kebutuhan menerima, dan kebutuhan memberi. 

Kita memiliki kebutuhan menerima, maka kita bekerja bersusah-susah bergelimang peluh untuk menerima gaji. Kita memiliki kebutuhan menerima lebih awal. Sejak bayi, kita perlu menerima susu ibu, perlu menerima informasi yang akan dicerna otak kita menjadi sebuah pengalaman.

Nah, sebenarnya, kita acap kali mengesampingkan betapa pentingnya kebutuhan untuk memberi ini. 
Kita diciptakan Tuhan dengan stok kasih sayang yang melimpah ruah. Maka, hewan peliharan adalah salah satu alternatif untuk menyalurkan kebutuhan ini.

Misalnya seperti aku dan dogi yang bersahabat baik. 
Dogi ini kucing yang sangat nokturnal. Ia berkelana mencari makan di malam hari dan pulang jam 9 pagi dan langsung melompat ke atas dipanku lalu pulas tertidur di atas selimutku sambil menggulung diri seperti firefox.

Kadang-kadang ia juga tidur di keset depan kamar dan di atas meja tidur.

Aku memarahinya kadang-kadang kalau dia tidak bersih membersihkan kotorannya setelah buang hajat. Maklum, dia masih kecil. Ibunya dulu juga tinggal di sini. Aku bahkan melihat sendiri proses kelahiran Dogi bersama saudara-saudaranya. Aku juga menyaksikan sendiri kematian kakak perempuan Dogi yang bernama Guki.
Kamu tahu kan, kenapa pada bermasa-masa lampau sebelum masehi, kucing di sembah di mesir, didewakan dan dipuja-puja. 
Pada masa nabi Muhammad, diriwayatkan bahwa pernah suatu hari nabi sedang makan dan tiba-tiba seekor kucing yang munyu-munyu menggemaskan datang dan ikut makan di piring tempat nabi sedang makan. Nabi tidak membuang makanan itu. Nabi terus makan dengan piring yang sama dengan kucing itu! betapa sucinya.

Abu hurairah r.a, sahabat nabi juga demikian. Ia pernah sedang hendak sembahyang dan melihat ada seekor kucing sedang tertidur pulas di atas sejadahnya. Kemudian, abu hurairah memilih untuk sembayang tanpa sejadah.

Belum cukup? di wihara Ajahn Brahm, salah satu bhiksu aliran therawada yang mendapat beberapa penghargaan, memiliki kucing peliharan di wiharanya bernama KitKat. Bahkan KitKat dijadikan sebagai alat hukuman bagi bhiksu-bhiksu yang membangkang. Bhiksu yang membangkang akan mendapat hukuman mengelus KitKat 50 kali! Ya... Budha mengajarkan bahwa hukuman adalah sia-sia. Budha mengajarkan untuk menghukum dengan mengajarkan membagi welas asih.

Nah, ketika kita memiliki kucing yang lucu dan membelai-belainya penuh welas asih dan memberinya makan, sebenarnya kita sedang mengalirkan energi kebaikan yang tiada dua. Seperti prinsip proton dan elektron. Terutama untuk para jomblo yang tidak memiliki media membelai-belai, belai saja kucing lucu! Bukanhak hewan ini dicintai nabi muhammad dan pemuka agama-agama lainnya?

Kenapa kucing lucu? Karena mereka memiliki wajah pedomerphic alias mirip anak-anak. Apalagi mereka berbulu. Siapa yang tidak memilih mati gemas?

Asal kalian tahu saja, si Dogi ini juga kucing yang elit meski dia kucing kampung. Pernah suatu hari sesisi rumah kontrakanku panik gara-gara ada tikus kecil berlari-larian tanpa malu (tentus saja! Bayangkan, tikus itu berlari-lari tanpa celana!), kami panik dan menutup semua pintu. Sebagai seekor kucing peliharaan, mutlak ini tugas Dogi untuk menangkap dan memakannya. Tapi apa yang Dogi lakukan saudara-saudara?? Dia hanya mengendus-endus tikus itu dan melihat-lihatnya dari jarak 5 cm! Kucing macam mana?! Pilih-pilih sekali. 

Ini enaknya jadi jomblo, 
bisa sayang kucing yang munyu-munyu sepuasnya.