KULIAH (BUKAN) FORMALITAS SAMPAH

Dalam hidup saya, saya banyak mengalami perubahan cara berpikir. Tentu saja, saya masih berusia 20 tahun, penuh energi, isi kepala meletup-meletup, ingin melakukan yang terbaik, tetapi terhalang oleh banyak hal seperti society system, budaya, dan aturan-aturan agama. 

Dan bagi saya, film adalah satu cara manusia untuk membengkokkan jalan pikir, merubah arus paradigma, dan membuat satu logika massal yang kemudian menjadi satu sistem berpikir. Contohnya film "Accepted"(2006), film ini menyampaikan pesan tentang bentuk universitas ideal dengan cara yang sesuai sasaran : anak muda. Film ini liar, menghibur, penuh dialog-dialog segar, dan yang terpenting adalah mudah dimengerti (saya sejak lama berpikir kenapa film yang sulit dimengerti disebut cerdas? tidak sama sekali).

Ya, film Accepted membuat saya berpikir setelah tertawa terbahak-bahak. Kenapa kita harus kuliah? karena sistem sosial. Kenapa sebuah universitas harus penuh kurikulum, aturan, tradisi, basa-basi, formalitas basi, dosen-dosen ofensif yang masuk ke kelas dengan membawa segudang hukuman? No, that's kinda bullshit. Orang tua menguliahkan anaknya karena berharap anaknya dianggap sebagai orang berpendidikan sehingga mengangkat derajat keluarga, agar tidak diejek tetangga, atau karena itu sebuah budaya, dan tentu saja agar anaknya dapat pekerjaan yang bagus (well, 'pekerjaan' berarti jadi pembantu orang lain sebenarnya).

Saya jadi ingat perkataan Bapak saya. Bapak saya bicara bahwa di perkuliahan, kita tidak mengejar ilmu. Kita tidak mendapat sampai 20% ilmu dari perkuliahan. Tapi kita kuliah untuk satu social experience, bagaimana kita belajar menjadi makhluk sosial, berinteraksi dengan sesama homo sapiens, dan belajar mengambil keputusan sebagai orang dewasa. Perkuliahan hanyalah satu momen untuk membeli satu pengalaman yang terangkum bersama satu rangkaian formalitas, waktu, dan ruang. Dan perlu kamu ketahui bahwa bapak saya seorang dosen yang berpendidikan.

Ya, coba kita tela'ah lagi kenapa anak-anak kuliah di unversitas favorit seperti UGM, UI, UNAIR, dll? Try to ask, apa benar itu yang mereka inginkan? Belajar politik di perkuliahan, lulus jadi apa? pejabat? 
Saya masih ingat di satu kesempatan, saya mendapati serombongan mahasiswa pertanian tampak seperti idiot dihadapkan dengan seorang petani sungguhan yang bertani selama sudah lebih dari 30 tahun. That's it, baybe.. Experience is more more more important that kinda bullshit of formality, your proudly almamaters jacket etc. 

Ya, pengalaman adalah guru yang paling berharga, dan perkuliahan hanyalah salah satu pilihan tempat dari sekian juta tempat lainnya untuk menimba pengalaman. Dan sayangnya tidak kuliah telah diharamkan oleh sistem budaya dan sistem pemerintah yang hanya peduli soal angka dan kuantitas rakyatnya yang berpendidikan. 

Once more, be a boss as you can. Even for yourself. To be boss doesn't meant you're a dictator, it does mean you are a visioner, a leader for yourself and other.