DEAR TUAN PENCURI PONSEL

Dear pencuri ponselku,


Aku benci harus melaporkanya. Tetapi kamu bukanlah seorang pencuri yang sopan, kawan. Kamu sudah tega mencuri handphoneku yang jelek dan masih saja tega membalas sms-sms yang masuk ke HP itu dengan kalimat-kalimat yang tidak benar. Aku rasa kamu sudah keterlaluan, tetapi aku akan tetap memaafkanmu. Marah kepadamu tidak akan menyelesaikan masalah. Tentu saja. Karena aku tidak tahu siapa kamu!


Well, siapa pun kamu, tuan pencuri... 
Pertama kali ponselku hilang, jujur saja dalam hati aku sedikit panik. Tapi aku mencoba terlihat tenang. Karena aku tidak mau Guki dan Dogi (kucing kampung peliharaanku) ketakutan karena mereka lebih terbiasa menghadapi tuannya berperangai lembut dan sopan. Meski yang kau curi adalah sebuah ponsel yang sangat jelek dan murah, tetapi aku tidak akan mampu membeli lagi kenangan-kenangan yang sudah kupahat bersama ponsel itu. Aku melewati berbagai peristiwa historistik dan ajaib bersamanya. Aku kehilangan ponsel jelek secara fisik, tetapi hatiku merasa kehilangan berlian!



Aku mencoba menghubungi nomor yang ada di ponsel yang kau curi itu. Kau menutupnya secara sangat kasar. Berkali-kali aku mencoba meneleponnya tapi kamu me-rejectnya. Jujur saja, nomor yang ada di ponsel itu jauh lebih penting ketimbang ponselnya. Aku mencoba mengirim sms bodoh kepadamu :


"bagaimana kalau kamu mengembalikan nomerku dan mengambil saja hapenya?"

Secepat kijang kamu menjawab "Masalah nomer gampang... tapi kasih dulu nomor kode pengamannya, aku kasih nomer lain nggak bisa, minta kode pengamannya, nanti nomermu aku kembalikan"

Aku sengaja tidak membalasnya dan kamu malah mengirim pesan yang sangat tidak berpendidikan :
"10 menit lagi kode pengamannya nggak dikasih, aku patahin nomernya..." 

Mungkin kamu terlalu banyak menonton televisi, tuan pencuri. Mungkin kamu percaya saja apa yang dikatakan televisi bahwa persediaan beras di Indonesia sedang tidak stabil sampai harus mengimpor dari luar negeri. Kamu mungkin ketakutan dan ingin segera menjual ponsel itu. Kamu sangat bodoh, tuan pencuri. Kamu patahkan nomernya, aku tinggal pergi ke gerai operatornya, menunjukkan KTP, dan aku mendapatkan nomerku yang lama. Semudah itu. Dan aku sudah melakukannya ketika menulis surat konyol ini untukmu.


Kebanyakan remaja di usiaku, jika kehilangan ponselnya yang sangat berharga mereka akan panik, menangis, putus asa, berteriak-teriak, dan mengutuki Tuhan, dan menganggap ini sangat tidak adil. 


Tetapi aku punya ide yang jauh lebih baik. Bagaimana jika aku mulai duduk tenang, mengambil nafas panjan, dan mulai mendoakanmu hal-hal yang baik. Bukankah doa orang yang teraniaya pasti terkabul? Berarti, ketika aku mulai tenang, rileks, dan merasa tidak teraniaya, doa-doa baikku terhadapmu juga tidak akan terkabulkan kan? 

Sebenarnya, semua akan jauh lebih mudah dengan merasa teraniaya dan mendoakanmu jatuh dari lantai dua puluh satu dengan posisi hidung terlebih dahulu kemudian ususmu terburai melintasi zebra cross dan pengendara motor-motor sok keren melindasnya sambil tertawa-tawa. Bukannya doa orang yang teraniaya pasti terkabul?


Dan akan jauh lebih mudah ketika aku harus merasa ini tidak adil. Kenapa aku? Kenapa harus aku?


Tidak. Aku meremas pikiran-pikiran seperti itu, dan membuangnya ke tempat sampah. Aku justru berpikir ini sangat adil. Hidup kita tidak pernah lepas dari kesalahan, kan? Kita akan lebih mudah melupakan kesalahan diri sendiri ketimbang menyimpan kesalahan kita sebagai bahan belajar. Itu sangat esensial, karena kita manusia! Itu sederhana sekali. Jadi, sangat adil jika menerima karma dari kesalahan-kesalahan yang kadang kita lupakan. Tidak ada yang tidak adil. Mungkin aku tidak salah apa-apa terhadapmu, tuan pencuri. Tapi mungkin aku sering mengecewakan orang lain dan Tuhan terpaksa mengirmmu untuk menghukumku.


Aku tidak akan memusuhimu tuan pencuri. Bagaimana kalau kita berkenalan, mulai berteman dan kamu mengajariku bagaiaman cara mencuri yang paling baik? Karena ada hati seorang perempuan berwajah teduh yang sudah lama ingin aku curi kembali. Meski sepertinya aku memang bukan seorang pencuri yang handal sepertimu.


Regard, 
Your Inocent Victim
:)