Membuka Kotak Pandora


Kotak pandora ini berbentuk persegi panjang berbahan kayu ek dengan furnish mengkilap. Isinya bukan hanya sekedar sepasang cincin emas putih bermata tiga bersanding dengan cincin paladium melingkar sederhana. Kotak ini berisi masa depan dan manifestasi dari rangkaian proses panjang dari sisi terdalam hidupku dan Uchy, seorang perempuan yang membawa kehidupan. Di hari sabtu, 29 Juli 2017, kuguratkan sejarah, kupinang ia meski harus menempuh jalan panjang.

***
Pada akhirnya, manusia tidak akan mencari seseorang yang super pintar, atau super berbakat sebagai pasangannya. Karena kita sedang membicarakan tentang pendamping hidup, bukan sekertaris negara. Seperti halnya aku, yang pada akhirnya jatuh ke pelukan seorang perempuan sederhana berambut sutra yang mengisi kekosongan besar dalam hidupku.

Di hari itu, ia mengenakan warna coklat susu, bukan warna biru favoritnya, karena pada hari itu aku lah satu-satunya warna favorit yang ia ingin kenakan sepanjang sisa hidupnya.

Pertunangan ini sekaligus merangkum momen-momen besar dalam hidupku.

Pertama, menjadi pengikat antara aku dan Uchy. Sekaligus menjadi titik penanda keberuntungan kami. Kenapa kami merasa sangat beruntung? Karena tidak semua manusia punya kesempatan menikah karena saling memilih dan mencintai, bukan terjebak situasi seperti usia, perjodohan, terlalu sibuk dengan karir dan sebagainya. Aku memilihnya, dia memilihku. Sebagai Uchy dan Dipa. Hal itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku berenang-renang dalam lautan rasa syukur.

Pernikahan bukan hanya tentang menyatakan "aku ingin menikahimu,". Tapi juga tentang menyatukan dua keluarga. Hal ini lah yang sebut sebagai perjalanan panjang.

***

Momen besar kedua, pertunangan ini juga aku anggap sebagai titik balikku memaafkan diri sendiri.

Setelah 7 tahun pecah kongsi alias minggat dari rumah, ini titik di mana aku memaafkan ibu tiriku. Meski sebetulnya dengan itu aku sedang lebih banyak memaafkan diri sendiri.

"Kalau kamu mau menjalani hidup baru, maka kamu harus memaafkan masa lalu," kata Uchy.

Aku tahu ibu tiriku tidak akan pernah merasa bersalah sampai kapan pun karena egonya yang selangit. Dan belakangan aku mencoba menerima fakta itu sebagai realitas dan hidup dengan kenyataan itu, bukan mengeluhkan kenyataan itu. Aku tahu ibu tiriku tak pernah berniat jahat. Hanya saja pola pikirnya masih pola pikir abad ke 15, jauh sebelum revolusi ekonomi cina tahun 1978. Dia hanya punya ego setinggi langit dan pola pikir yang luar biasa kolot. That's it.

Meski, realitas itu sempat selama 7 tahun membuatku harus bersusah payah melewati masa yang begitu depresif dan suicidal. Aku menganggap masa-masa itu sebagai kawah candra di muka.

Aku merasakan gaya didiknya selama 10 tahun yang diktatorian, militeris dan cenderung komunis (kalau kamu pernah baca marxisme, pasti ngeh). Kebebasan adalah hal tabu baginya. Puisi kakakku berjudul "Sangkar emas" dirobek-robeknya seperti pemerintah komunis sebelum uni soviet tumbang tahun 1990 yang begitu benci dengan opini dan kebebasan. "Keras berarti sayang" adalah salah satu slogannya, yang semakin aku dewasa, semakin paham bahwa itu semua omong kosong dan hanyalah pembenaran pribadinya untuk melakukan kekerasan verbal dan fisik. Tidak, aku menolak anarki dalam bentuk apa pun.

Meski barangkali, dibalik caranya memperlakukanku dengan buruk ketika masih kecil, ada niat baik yang tidak bisa kubaca karena hari-hariku yang tanpa kebebasan, penuh rasa curiga, dan perut yang selalu lapar karena uang saku yang lebih kecil dari teman sekelasku yang anak tukang kebon sekolah. Tubuhku kurus kering dan selalu kehabisan tenaga di sekolah. Di rumah, selalu disediakan nasi segunung dengan lauk sejempol dan jika tidak habis, aku akan dipukuli. Ketika dewasa, aku sadar kenapa semasa ia menjadi ibuku, tubuhku kurus kering : kebanyakan karbohidrat, kekurangan protein.

Sekarang aku sudah gemuk, bebas, dan bisa makan seimbang semauku. Barangkali memang sudah saatnya memaafkan. Sebagai caraku memaafkan diri sendiri.

***
Momen ini, juga menjadi momen aku membaca niat baik ibu tiriku, di balik egonya yang tinggi. Di acara pertunangan ini, ia dengan telatennya menyiapkan serba-serbi yang harus disiapkan dari pihak keluargaku untuk acara meminang Uchy. Ia, dengan mbak putri, menyiapkan bingkisan hantaran yang cantik dengan maksimal. Aku tahu dia orang yang perfeksionis, dan untuk acara ini, dia melibatkan keperfeksionisannya.

Di dalam hati, aku ingin menangis membaca niat baiknya untuk berdamai dan melakukan yang terbaik untuk momen besarku. 

Momen ini menjadi momen aku memberinya kesempatan untuk menjadi ibuku sekali lagi

***
Seumur hidup, baru kali ini aku bertemu seorang perempuan yang membawa kehidupan. Membawa pesan bahwa aku berhak bahagia. Selama 17 tahun aku terbiasa berpikir kalau aku tidak pantas bahagia. Uchy tidak banyak menuntut. Tapi ketika ia dan aku punya tujuan yang sama, ia tak segan untuk berjuang bersamaku.

Perempuan ini pendengar yang baik, dan support system yang sempurna untukku. Perbedaan-perbedaan yang kami miliki justru menjadi peluang untuk saling mengisi. 

***

MEMBUKA KOTAK PANDORA

Di sudut-sudut jalan
racau
Larik-larik sajak
Buntu
Berdebar menujumu

Cinta yang kubawa
dalam sekotak pandora
dan hal-hal abadi
yang tak pernah laut katakan kepada langit

Ingin aku bersandar
Pada sambut tatapmu
pelangi

Buat Uchy, ratuku, laut lepasku
jadilah darahku
Kupinang kamu dengan cukup
Membawa mekar untuk kuncup

Biarkan tiga bongkah batu memeluk jari manismu dulu
Sebelum qadim memeluk kita berdua

Maukah kamu menuju ketiadaan bersamaku?
Karena kamu dan ketiadaan hanya tempatku pulang

Dipa Utomo,
Jakarta, 29 Juli 2017






Comments