Doa Sebatang Rokok
Di bawah temaram lampu cafe, nyalaku adalah awal pembicaraan
Pembicaraan tidak penting tentang kelamin dan negara
Dua hal yang tak kuketahui apa bedanya
Manusia ini makhluk merana
Nyalaku dihabiskan untuk mengutuk penguasa
Tanpa berbuat sedikit apa
Terkutuk ia oleh nestapa yang paripurna
Lesung rasa asak dengan lara
Di antara kalimat-kalimat cinta
Yang didengungkan oleh penjaja nada di bawah tangga
"Manusia hanya sebongkah penderitaan tanpa doa dan sebatang rokok," katanya.
"Terutama oleh aku yang sudah lupa cara berdoa," cekikikan dia hampir muntah.
"Jika setiap sebongkah rindu dikenai pajak oleh pemerintah, barangkali negara sudah kaya," kawannya manggut-manggut menganggapnya sudah gila.
***
Merindu dan penyakit organ dalam adalah dua jenis kutukan yang berbeda
Sedangkan aku, sebatang rokok, hanya dapat menunda salah satu kutukan itu
Aku tak bisa memberangus kesedihan
Karena kesedihan adalah adiksi yang janggal
Ia menikmati penyakit yang mengisap jiwanya
Bersama kisah-kisah lama yang berputar terus di dalam kepala
Seperti kaset VHS 8 milimeter yang sudah usang dan kusut
Ia tak mau dipaksa ke rumah sakit
Karena dokter terlalu berpikir ilmiah untuk mengerti cinta dapat membelahnya jadi dua
Seperti tirani yang semena-mena
Bertemu kekasih jiwa adalah cita-cita rahasianya
Kutukan cinta adalah pelukan yang ia idam-idamkan
Ia tak mau dipaksa ke rumah sakit
Ia hanya ingin menyalakanku sekali lagi
Berharap dapat membawa memori di kehidupan ini ke kehidupan selanjutnya
Berharap dapat mencintainya sekali lagi.
Dipa,
Mei 2016
Comments
Post a Comment