Busur diantara Pelangi yang Melingkar

Ada anak kecil di dalam diriku yang tidak kubiarkan tumbuh dewasa
Anak kecil yang tak kau kenal. Meringkuk di sana seperti udang windu yang tersesat. Memeluk kakinya kedinginan. Terpejam tak berani menatap.

Bahagia adalah duka yang menyamar, Seperti perayaan pesta kostum yang pura-pura meriah.
Pura-pura di dalam kepura-puraan. Pelangi telah merayap ke pangkalnya, memakan ujung-ujungnya sendiri. Tak tahukah bahwa pelangi itu sebenarnya bulat? Namun kau terlalu sombong untuk langsung percaya kepada apa-apa yang baru satu-atau dua hari- yang kau lihat.

Apa yang kau bunuh adalah yang kau hidupkan
Nisan hanya hiasan
Kematian abadi di hatimu

Hari ini aku membunuh seorang remaja yang ada di dalam diriku
Dan mencoba membiarkan anak kecil yang meringkuk dan terluka itu berkuasa

Kita bisa pura-pura berubah
Memakai make-up, atau mulai menggantikan cm dengan inchi, mulai menyukai makanan barat dan caranya mengungangkapkan cinta.
Setiap yang hidup pasti membunuh setiap yang lain.
Kamu mulai melakukan pembunuhan. Satu per satu. Pembunuhan yang tak kau akui.

Tapi di sini, aku bersandar di bawah pohon jati
Berharap kapan-kapan bisa gantung diri di salah satu dahannya
Sebagai penyesalan untuk kalung berlian yang tak pernah bisa kubelikan

Bisakah kau menatapku di dalam taksi yang bisu?
Dan memberikan ciuman-ciuman suci, yang harusnya kau persembahkan di atas altar
Altar milik orang lain, yang tampannya membelah dunia karena pipinya yang merah

Kesepian adalah derita yang paling jujur
Bahagia adalah duka yang menyamar. Seperti perayaan pesta kostum yang pura-pura meriah

Dipa Utomo
10 Oktober 2014