GELEBAH DI BAYANG HUJAN DAN KENANGAN YANG MEMAKSA KITA UNTUK BERTERIMA KASIH

Hujan yang tak seberapa derasnya, menyapa daun-daun pohon sawo dengan ramah. Hujan basah yang selalu mengingatkan kita betapa keringnya hidup tanpa kenangan. Kenangan yang kita potong seperti kue. Sebagian disesali, sebagian disimpan sebagai cerita yang dibawa-bawa.

Aku berdoa supaya orang-orang yang pernah peduli denganku, tidak lelah terus berdoa, karena semesta akan menghargai kesungguhan doa, dan berkonspirasi dengan segala sesuatu agar doamu menjadi kenyataan. Aku berharap mereka dinaungi perlindungan, oleh hal-hal supranatural yang tercatat maupun yang terasa. Semua orang boleh berdoa, walaupun dia seorang penganut ateisme.

Semua orang punya catatan. Di dinding kamar mandi SMP, atau di atas potongan-potongan surat untuk cinta monyet masa lampau. Sebuah kamera bisa merekam impresi gambar gerak karena adanya refleksi cahaya, begitu juga kita mengingat apa yang kita lihat. Sebuah alat perekam suara dapat merekam suara karena adanya getaran. Begitupun kenangan yang terekam oleh getaran.



Kita semua pasti memiliki orang yang pantas kita doakan barang satu. Kenangan menuntun kita mengukir seperti apa masa depan kita terjadi. Seperti cahaya yang memandu. Seperti getaran yang menjadi petunjuk. Tetapi kadang orang terlalu durjana untuk mengakui, terlalu bengah untuk berterima kasih, dan terlalu jemawa untuk menyadari. Padahal begitu nyata adanya, bahwa masa lalu adalah yang membentuk masa depan. Kawan, bukankah kronologi kehidupan kita seluruhnya tercipta dari hukum sebab-akibat?

Sesungguhnya, seluruh apa yang mampu kita karyakan, semuanya hanya tercipta dari dua hal, yaitu masa lalu dan asosiasi ciptaan Tuhan. Seorang pelukis ekspresionis dapat mengekspresikan masa lalunya yang kelam dengan lukisan yang caostic, gelap, dan rumit.  Kita merasakan warna merah seperti amarah karena kita menghubungkan dengan api, melihat warna biru kita merasa tenang karena teringat langit yang maha luas dan laut lepas, hijau terasa segar karena tergambar di otak kita pepohonan dan tanaman yang rindang.

Kita patut berterima kasih kepada seluruh orang di masa lalu. Yang turut membantu kita dalam membentuk seperti apa diri kita sekarang. Agar kita dapat ikut tersenyum bangga ketika kita secara tidak sengaja menyaksikan berita di televisi tentang orang di masa lalu kita mengukir prestasi yang mengguncang dengan energi berkreasi yang pantang lekang. Agar prestasi-prestasi kita sendiri juga tidak hanya berhenti pada piala-piala penghias ruang tamu, tapi menjadi inspirasi, dan siulan kobar semangat bagi orang-orang yang pernah saling mendukung dengan kita.

Pada akhirnya, kita akan menyadari. Bahwa ketika kita melakukan hal-hal hebat, nama kita menjadi besar karena suatu hal, bukanlah diri kita yang pantas dipuji, namun orang-orang yang pernah mendukung kita dan di lingkungan mana kita pernah berada.