TEORI GALAUISME DIPA UTOMO

Galau? Sekonyong-konyong, kata galau mencapai popularitas yang teramat tinggi di Indonesia. Jika kita mencari kata 'galau' di twitter, akan muncul ribuan tweet serupa dan tidak sedikit yang menganggap galau cukup penting untuk dijadikan hashtag. Tidak hanya di twitter saja. Sejatinya di segala media sosial internet, galau sedang meraja. Demam galau tak terelakkan ibarat wabah demam akut. Mungkin hanya kaskus saja yang tidak terkontaminasi parah. Salut untuk kaskuser. 


Meski amat populer, tidak banyak yang memahami apa arti galau itu sendiri. Galau bukan kata semu yang tidak bisa dianalisa. Sebaliknya, kata galau dapat dibedah dengan segala macam perspektif karena galau merupakan saksi banyak sejarah. Secara etimologi, galau berarti "kacau tidak keruan (pikiran)" (Kamus besar bahasa Indonesia). Atau menurut sinonimkata.com , kata 'galau' sama artinya dengan 'berat otak, bimbang, bingung, cemas, gelisah, hilang akal, kacau, karut, keruh, khawatir, kusut, nanar, pakau, resah, ribut, semak hati, senewen, sesak pusat, terombang-ambing, was-was'. Banyak kesamaan dengan beberapa bahasa melayu karena bahasa Indonesia sendiri secara lingua franca berasal dari bahasa melayu.


Secara ontologis, galau yang kita bahas dalam lingkup diskursus ini, biasanya dikait-kaitkan dengan banyak hal oleh si penggalau itu sendiri. Kita patah arang perkara studi, kita galau, kita dicampakkan kekasih, dunia ibarat terbelah dua, dimarahin mamah, rasanya halilintar menyambar relung jantung, diduakan pujaan hati, hidup segan mati pun tak mau. Sedikit-sedikit galau. Tetapi, kita ambil kasus terbanyak kenapa orang bergalau : cinta.


Cinta adalah reaksi kimia yang terjadi di otak manusia (Allan dan Barbara Pease, 2010). Cinta terjadi karena beberapa jenis hormon merespon rangsangan psikologi dari luar sehingga terjadi sebuah reaksi kimia dalam tubuh yang mengakibatkan perasaan yang tidak biasa. Jika kita telaah lagi, hal ini tidak ambivalen dengan definisi etimologi 'galau' itu sendiri , 'kacau pikiran'. Yang jika kita uraikan, 'pikiran' akan selalu berhubungan dengan reaksi biologis. Sehingga dapat kita simpulkan sebuah premis.


PREMIS TEORI GALAUISME DIPA UTOMO I :
"Galau adalah seperangkat respon biologis manusia kepada sebuah atau banyak situasi multi opsional,"



Sesungguhnya, kesadaran manusia tentang realitas tergantung pada bagaimana saraf-saraf otak kita bekerja. Demikian pun 'galau', reaksi biologis yang terjadi ketika kita dihadapkan lebih dari satu pilihan. Ketika kita diputuskan kekasih, kita bingung, apa kita akan tegak berdiri dan menganggap tidak ada yang terjadi, atau menangis tersedu-sedu menikmati kepedihan itu sendiri. Ketika kita diduakan pacar, kita dihadapkan pada keadaan dilematis antara diam terpekur di sudut jendela, atau mendamprat pacar dan selingkuhannya dengan menyiram air keras ke wajah mereka (well, sesungguhnya, dalam keadaan tersakiti, pikiran manusia cenderung anarkis).


Galau, dalam perspektif historikalnya, sebenarnya bersifat hakiki dan tidak dapat diganggu gugat. Galau, ada di setiap jiwa manusia dan tidak akan terpisahkan. Semua orang memiki unsur sifat galau karena bawaan sejak lahir, dan outputnya tergantung kemampuan diri kita masing-masing untuk mengontrol rasa galau tersebut. Dalam karya sastra budaya barat yang sangat tua pada zaman kuno (classical period), berjudul Illias dan Odysse karya Homerus (abad 8 Sebelum Masehi) menceritakan sisi galau Achilles ksatria tangguh Yunani ketika adiknya terbunuh oleh Hector pangeran troya. Sisi tangguhnya kalah oleh sisi sentimentilnya karena adik kesayangannya terbunuh. Di sini muncul pergelutan batin dalam sebuah paradoks yang hebat.


Pengarang hebat di ujung zaman renaisans, William Shakespeare, dalam karyanya romeo dan juliet yang diadaptasi dari "The tragical History of Romeus and Juliet" karya arthur broke (1564) dan "Palace of Pleasure" dari William Painter (1582) juga menitikberatkan konflik cerita pada sisi galau kedua kekasih yang mengejar cinta yang tidak direstui tersebut.


Umar bin Khottob, sebelum masuk islam adalah orang quraisy yang paling getol melawan persebaran islam sebelum harus merasakan perang batin maha dahsyat ketika membaca Al-Quran surat Thoha.


Dalam sastra mitologi jawa dan india, banyak mengandung unsur-unsur galau dalam plotnya. Dalam lakon Ramayana, Rama titisan Naraya benar-benar diserang galau (gandrung) ketika Sinta istri yang amat dicintainya diculik oleh Dasamuka dari Alengka. Sampai akhirnya terjadi perang besar Ramayana. Puntadewa, yang gemar judi, mempertaruhkan Hastinapura, adik-adiknya pandawa, dan istrinya dropadi dalam permainan dadu melawan para Kurawa. Puntadewa merasa bersalah dan bertapa sangat lama. Tahtanya diturunkan kepada adiknya Arjuna Sasrabahu.


Intinya, galau sudah ada jauh sejak internet belum ditemukan. Tetapi, yang perlu kita perhatikan, kata 'galau' mengalamu degradasi derajat bahasa yang sangat ekstrim. Dari semula berkedudukan puitik dan indah, menjadi murahan dan terkesan 'nyampah' karena penggunaannya yang sembarangan di dunia social network.


ABABIL (ABG LABIL)


Degradasi ekstrim kedudukan kata 'galau' , seperti yang sudah diutarakan di atas, disebabkan oleh penggunaannya yang sembarangan di media sosial. Galau bersinonim dengan gundah, yang belum mengalami degradasi makna yang ekstrim. Bahkan masih terkesan puitik dengan imbuhan 'gundah-gulana'. 


Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang memiliki andil paling besar dalam proses degradasi kedudukan bahasa 'galau' itu? Jawabannya adalah kata yang tidak kalah populer di dunia socnet : ABABIL (ABG labil). Tentu saja. Karena pemakai terbesar socnet memang ABG. ABG adalah remaja, yang menurut Stanley Hall (Santrock, 2003) adalah mereka yang berusia 12-23 tahun. Kok bisa labil? Mari kita telusuri.


Labil berarti 'goyah ; tidak mantap ; tidak kokoh' (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Stanley Hall lagi, masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (Storm and Stress). James Marcia, juga menemukan bahwa terdapat empat status identitas diri pada remaja yaitu identity confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Muss, 1998).  



Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
  1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
  2. Ketidakstabilan emosi.
  3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
  4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
  5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
  6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
  7. Senang bereksperimentasi.
  8. Senang bereksplorasi.
  9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
  10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Deddy Mulyana (2000) menginterpretasikan poin ke 2,3,5, dan 6 secara lebih empirik. Perasaan labil ada ketika kita dihadapkan kepada pertentangan antara umpan balik orang lain, konsep diri, dan perilaku kita.

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang orang lain berikan kepada kita. Kita semua tau bahwa diri kita manusia karena informasi yang diberikan orang kepada kita, yang secara konstruktif menjadi persepsi. Ketika tidak akan tahu bahwa nama kita 'Aceng', atau 'Bejo', bahwa kita laki-laki atau perempuan bila tidak ada orang di sekeliling kita yang menyebut kita demikian.

Nah, sifat labil merasuk di saat usia remaja karena pada masa itu, kita dihadapkan kepada pertentangan antara informasi yang kita dapat dari agen sosial terdekat (keluarga) selama bertahun-tahun dan telah membentuk sebuah bentuk konsep diri, dengan bentuk konsep diri baru yang tumbuh berdasarkan konstruksi informasi baru yang didapat dari pergaulan luar.

PREMIS TEORI GALAUISME DIPA UTOMO 2 :
"ABABIL (ABG Labil) adalah klasifikasi remaja yang mengalami pertentangan konsep diri"

Sudah tampak peta persolaannya bagaimana 'galau' bisa berkembang dengan amat jauh. Kenapa  galau bisa sedemikian terkonstruksi sehingga bermetamorfosa menjadi satu bentuk budaya yang murahan? Kenapa galau bisa begitu diterima di masyarakat remaja hingga timbulnya penurunan nilai intelenjensi secara besar-besaran?

Konstruksi Budaya Galau Televisi

Televisi adalah media paling strategis untuk membentuk satu opini massa yang nantinya menjadi paradigma umum. Sayangnya, di Indonesia media televisinya belum mencapai kondisi ideal yang diinginkan. Bahkan, regulasinya saja (UU. No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran) benar-benar tercipta dari proses yang sarat akan intervensi kapitalisme (saat UU. ini dicetuskan, asosiasi televisi swasta melakukan demo besar-besaran karena tidak sesuai dengan kepentingan bisnis mereka). 

Orang-orang televisi hanya menuruti angka-angka rating yang merefleksikan selera masyarakat secara sampling yang masih dipertanyakan netralitasnya. Sehingga, apa yang ditampakkan televisi sekarang-sekarang ini sangat money oriented. 

Lalu, apa saja tayangan televisi yang mengkonstruksi galau menjadi sebuah budaya di kalangan remaja di Indonesai?

  1.  Lagu-lagu yang ditampilkan di televisi, mayoritas diisi lagu-lagu bernada kenes dan patah hati. 
  2.  FTV yang rutin ditampilkan di televisi swasta, semuanya bertemakan cinta. Ceritanya juga repetitif dan tidak memiliki farian yang kreatif.
  3.  Sinetron yang menitikberatkan setiap episodenya pada kegalauan dan diberi banyak bumbu penekanan, misalnya dengan efek suara simbal yang diulang-ulang dan teknik zoom in di setiap shot (meski terkesan sangat murahan, tapi terbukti secara rating masih digemari)
  4.  Program-program berita politik cenderung  tidak berimbang sehingga menciptakan apatisme massal dalam masyarakat
Apa yang harus kita lakukan agar tidak terjerumus dalam kubangan bernama galau yang serba pekat tersebut?

Kita bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Percayalah. Tuhan merupakan pelarian yang lebih sempurna dibandingkan rokok dan alkohol. Jika galau menghantuimu, berlarilah kepada Tuhan, minta petunjuk kepadanya dan sematkan doa agar kau diberi jalan.

Membacalah sebanyak-banyaknya perkara sejarah budaya. Dari sana kita akan melihat lajur historikal tentang kehidupan sehingga punya lebih banyak referensi tentang bagaimana sesuatu bisa terjadi.

Banyak-banyak nongkrong secara positif. Nongkrong jangan lantas dideterminasi menjadi sebuah hal yang negatif. Tidak. Dari obrolan-obrolan kita dengan teman, akan semakin banyak input informasi tentang diri kita, maka, akan semakin matanglah konsep diri kita. Dalam hal ini, disarankan memilah-milah teman yang baik-baik saja.

Jangan pacaran. Kata Thomas Djorgi : "Jangan engkau berlayar, kalau takut gelombang, jangan pula bercinta, kalau kau takut sengsara,".

Hapus lagu-lagu tidak mutu dari playlistmu. Beres kan? 


PREMIS TEORI GALAUISME DIPA UTOMO 3 :
"Galau ialah bersifat hakiki, artinya hak manusia sejak lahir. Bagaimana kualitas diri seseorang adalah sejauh mana ia dapat mengontrol perasaan galaunya"