RUBIK DAN SECANGKIR KOPI



Ini tentang permainan kubus dengan enam sisi warna berbeda. Akan banyak orang memandang remeh permainan ini. Tapi jika sudah memegang dan mencoba mereformasi kembali ke keadaan yang benar, tangan mereka akan berkeringat dan tersenyum malu.

Aku mulai jatuh cinta pada rubik waktu si Jimi, karibku tidur di ibu kota sekaligus kawan satu jurusan itu memperkenalkan padaku. Rubik pertamaku kubeli dengan harga dua puluh lima ribu, lebih mahal daripada harga mi pangsit delapan mangkuk. Bayangkan saja, butuh lima hari untukku agar bisa menyusun kembali harmoni warna kubus itu hanya pada dua layernya! betapa sempitnya otakku ini. mungkin aku harus belajar mengaktifasi otak tengah untuk lebih pintar.

Berangsur-angsur aku menekuni dan menikmati tarian-tarian solvingku tiap hari, gemeretak putarannya seperti gradasi nada yang naik turun. Indah.

Dasar rubik mutu dangdut, belum dua minggu sudah rusak, corenya sudah pecah. Dan semuanya justru bermula saat SRCC (Surabaya Rubiks cube club) turut berpartispasi pada pameran yang mengumpulkan banyak komunitas di surabaya. Gramedia Ekspo saksi bisunya. Aku mulai bertanya-tanya lebih detil tentang speedcubing dan lain-lain. Dayan Guhong black di tanganku. Luar biasa. Representasi nyata dari "harga bawa rupa". Kurelakan segelintir receh untuknya. Aku masih sub 1 menit dua puluh waktu itu, tapi sudah pegang dayan guhong. haha. so weird.

Sekarangpun aku masih sub 40-an. belum bisa naik. OLL dan PLL juga masih 2 look.

Semenjak "jadian" dengan si kubus warna-warni, aku menghabiskan lebih dari tiga jam sehari untuk memutar, mengacak-acak, lantas mentranformasikannya kembali dengan girang. Ada euforia tersendiri yang berbeda setiap solve-nya. Aneh.

Bayangkan. Rubik, yang terdiri dari delapan corner, 12 edge, dan empat center dengan enam warna berbeda secara matematis memiliki kombinasi warna sekitar 43 Quitrilyun (milyar-milyar) kemungkinan. Dan dulu aku melihat orang merapikannya dalam satu menit adalah hal yang "amazing". Setelah Aku bisa menyelesaikannya dalam waktu paling cepat 28 detik, rasanya satu menit itu sangat buruk. Aku menganggap buruk suatu yang dulu aku anggap sebagai keajaiban! Fakta itu sendiri adalah keajaiban.

Rubik membuatku tetap semangat dan menamparku dari pikiran bahwa Hal yang tidak mungkin, jika dikerjakan dengan benar akan menjadi mungkin.

Saat inspeksi, Aku sadar, bahwa untuk keluar dari satu problematika yang paling rumit, semua harus dari enol, dan untuk menyelesaikannya, kita harus menelaah dan tau masalahnya.

Saat mentranformasikan X cross, aku jadi tertegun, untuk menyelesaikan satu masalah harus ada langkah awal. Karena dalam banyak hal, kata "karena yang paling sulit adalah bagaimana memulainya" layak tersembur bilur.

Saat belajar F2L, terutama saat look ahead, aku jadi sadar, bahwa untuk menyelesaikan banyak masalah dalam satu waktu, kita harus tau masalah apa yang akan dibereskan setelahnya, sebelum masalah pertama selesai.

Saat OLL dan PLL, aku sadar, dalam hidup, teori juga dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Maka dari itu ada program wajib belajar sembilan tahun. Tidak hanya intuisi. Intuisi dan teori memiliki proporsinya sendiri.

Saat semua sudah solving dan tidak ada warna yang tertukar, aku sadar, aku benar-benar jatuh cinta pada rubik.