Aku Mencintai Surabaya Dengan Segala Panas Tubuhnya

Jika ditanya kota mana tempat saya ingin tinggali, sudah pasti nama kota pertama yang muncul di benak saya adalah Surabaya. Kota yang mengandung terlalu banyak kenangan buruk, sekaligus menjadi tempat pulangnya pelukan-pelukan yang hilang dan sudah kumaafkan sejak tahun 2016.

Surabaya bukan sekadar tempat lahirnya tulang dan jantungku, tetapi juga sepotong manifesto tentang hidup dan mati.

Aku mencintai Surabaya dengan panas tubuhnya yang membuat darah dan air mata siapapun mendidih ketika memeluknya, tetapi membuat hati sekeras apa pun menjadi leleh dan dapat dicampurkan ke dalam cangkir-cangkir kopi di warkop di sudut-sudut kota, tempat kelakar dan umpatan-umpatan menjadi kisah epos yang dapat diceritakan hingga tujuh generasi.

Aku mencintai Surabaya dengan segala tindak-tanduknya, kulturnya, bahasanya, jajanan kaki lima, dan makanan-makanan jawa timuran yang terlalu mudah untuk dirindukan. Surabaya adalah kota yang sempurna di dalam ketidaksempurnaan.

Tidak ada yang terlalu hujan dalam kata pulang. Dan terkadang cinta tidak tercipta untuk dipeluk dari jauh.

Comments