Kemerdekaan dan Pilihan

Congratulations my young sis.

Akhirnya adikku diterima SMKN 1 Surabaya. Aku sendiri masih ingat betapa bergeloranya diterima di sekolah menengah kejuruan yang sama sepuluh tahun yang lalu.

Yang saya rayakan bukan hanya karena adikku berhasil menembus ketatnya seleksi masuk SMK 1 Surabaya, tapi independensinya dalam memilih sekolah yang ia mau di usia belia. She reminds me of young version of me.

Tadinya, orang tuanya bersikeras ia harus masuk SMA Negeri Favorit di sana atau masuk sekolah asrama islam. Tapi dengan tegas dia bilang dia mau masuk SMKN 1 Surabaya, karena dari pandangannya, dia bisa berbuat lebih banyak di SMK.

Beberapa waktu lalu ketika aku melawat ke rumah bapak, aku pun ikut mendukung pilihannya dan mendebat keputusan orang tua yang ingin memasukkannya ke sekolah yang bukan pilihannya. Selalu ada alasan yang tidak masuk akal lahir dari bapak maupun istrinya.

Di dalam mobil, perjalanan menuju terminal bungurasih ketika aku harus pulang ke yogyakarta, aku, bapak, dan adikku berdebat.

"Dia sekolah untuk dirinya, untuk masa depannya sendiri, bukan untuk orang tuanya, biarkan dia merdeka dengan pilihannya" kataku pada bapak. Mendengarnya, adikku sampai melinangkan air mata.

Entah ada angin apa. Akhirnya adikku disetujui masuk SMKN 1 Surabaya oleh orang tuanya yang tadinya bersikeras mengatakan tidak.

Sejujurnya, sebagai seorang alumni SMK, secara akademik saya lebih suka adik saya masuk SMA. Kenapa? Karena di SMA, waktu bermainmu expand sampai 3 tahun sambil mencari jati diri. Menurutku, anak lulus SMP masih terlalu belia menentukan masa depannya mau di bidang apa.

Saya mengenal banyak teman yang terlanjur "kecemplung" di jurusannya SMK dan terjebak seumur hidup di sana. Misal SMK-nya jurusan akuntansi, akhirnya kuliahnya akuntansi, dan setelah lulus kerja jadi akuntan. Padahal passionnya sama sekali tidak di sana. Ia terjebak.

Di sisi lain, salah seorang teman lama yang sangat berpengaruh di hidupku, ada juga yang jurusan SMK dan kuliahnya tidak nyambung, SMK-nya RPL, kuliahnya politik, namun kemudian dia diakui sebagai salah satu alumni terbaik sepanjang sejarah SMK itu berdiri. Who knows, right?

Tapi, aku juga beranggapan, hidup adalah tentang pilihan. Dan pilihan-pilihan yang dia pilih adalah salah satu proses menjadi dewasa. Biarkan dia bereksperimen dengan pilihannya sendiri, dan mengalami sendiri konsekuensi-konsekuensinya sebagai orang dewasa yang memiliki pilihan.

Biarkan ia menjadi merdeka dengan pilihannya, dan semoga kelak itu menjadi salah satu jalan menuju kemerdekaannya dalam berpikir, kemerdekaan dari dogma dan omong kosong. Semoga dengan memberinya pilihan, itu menjadikannya seseorang yang menghargai kemerdekaan orang lain juga. I like how she rebels what her parents want when she think it doesn't fit with her.

I'm proud of her, and i'll always be.

Lagipula, SMKN 1 Surabaya is a great school. Saya berhutang banyak kenangan dan pembentukan paradigma di sana. Guru-guru yang mengajari saya di sana selamanya akan tetap menjadi bagian dari perjalanan panjang saya. Karena saya akan melakukan hal-hal hebat dan tidak akan pernah lupa dari mana saya berasal.

Guru-guru SMKN 1 Surabaya, mohon bimbingannya untuk adik saya.

Comments