Apa Kabar Mimpi Kita di Bulan Delapan?


Sejak ditetapkan bulan kedelapan akan menjadi tanggal pernikahan kita, bulan kedelapan menjadi sangat sakral untukmu. Semua hal yang kamu lakukan dan pikirkan selalu kamu hubungkan dengan bulan kedelapan. Kamu jadi rutin minum jus wortel yang kamu benci setiap hari supaya di bulan kedelapan kamu dapat melihat dengan jelas wajah-wajah tamu yang datang di pesta pernikahan kita tanpa kacamata bertengger di hidungmu yang kecil. Kamu jadi menghubung-hubungkan segala hal dengan bulan delapan, termasuk dengan gempa dan gerhana bulan. 

Jika aku minum jus alpukat, kamu menolak mencicipinya karena takut kakimu bengkak di bulan delapan jika terlalu banyak mengonsumsi lemak nabati. Kamu jadi pandai berhemat. Katamu, supaya ketika bulan delapan datang dan setelahnya, kita masih bisa makan enak.

Aku bersyukur bertemu dengan di saat yang tepat. Kita berdua sudah sama-sama pernah sakit hati dan belajar untuk tidak menyakiti. Di usia dua puluh lima, aku mencintaimu di tengah krisis seperempat abad yang berat. Di mana banyak keputusan-keputusan krusial di dalam hidup harus kuambil sekarang juga di waktu yang tidak banyak.

Aku semakin mencintaimu karena kau adalah seorang penyayang yang tabah. Kamu mencintaiku tanpa mencoba membunuh keluguanku. Maafkan aku jika situasi sedang sulit. Tapi aku yakin bisa kuat jika bersamamu. Dalam setahun terahir, aku harus menutup toko karena regulasi pemerintah yang baru tidak memungkinkan lagi untukku menjalankan bisnis impor mainan yang selama 3 tahun kujalani. Di tengah terpaan itu, aku harus berjuang melawan penyakit syaraf bernama tic facialis yang mengharuskan aku untuk melewati 18 sesi fisioterapi dan rutin minum berbagai macam obat. Tidak sampai di situ, ini adalah semester terahirku untuk memperjuangkan kuliahku, kampus sudah mewanti-wanti dengan ancaman drop out.

"Ini bukan kehidupan yang kujanjikan," Kataku padamu, yang entah kenapa selalu tersenyum di sebelahku. Aku meminjam kalimat itu dari film yang aku suka, The Greatest Showman.

"Asalkan sama kamu," Jawabmu pendek.  

Kamu adalah anugerah yang paling kusyukuri datang ke hidupku. entah apa jadinya di tengah krisis ini aku harus berjuang tanpa kamu. Kita bukan ABG lagi, tapi ledakan-ledakan seperti ini ingin kupeluk hingga setelah bulan delapan, dan bulan-bulan selanjutnya sampai kita menua. Aku tak sabar menunggu bulan delapan, ketika wajahmu adalah satu-satunya hal yang ingin aku saksikan ketika pagi datang, meskipun aku selalu bangun siang.

Comments