Memaafkan Rasa Sepi

Agustus telah datang. Bayangkan ada berapa Agus yang berulang tahun di bulan ini?
Saya bertanya-tanya, apakah ada Agus yang lahir tidak di bulan Agustus?
Pastilah ia kesepian.

Karena sepi itu seperti ekstase. Candu. Tapi tidak nyaman. Ternyata ada beberapa hal tidak nyaman yang kita rindukan. Seperti berteman dengan rasa sepi itu sendiri.

Rasa sepi adalah hal-hal yang jahat. Sulit untuk memaafkan hal-hal yang menyakiti diri kita. Barangkali, akulah rasa sepi itu sendiri. Barangkali akulah yang tak termaafkan.

Aku rasa aku siap menjadi ayah. Tetapi apakah alam semesta akan memaafkan aku jika menjadi ayah yang tak memaafkan sepi?

Aku tak siap jadi ayah. Aku tak pantas. Butuh ratusan tahun bagiku untuk memantaskan diriku. Dan umurku tak akan pernah cukup. Karena kata-kataku tak akan sampai pada lenganmu yang sibuk memeluk bahu yang memilikimu. Jika kamu bahagia, biarlah aku di sini, bersekongkol melawan sepi, menggandakan rasa sakitnya supaya candu melebihi rasa sakit yang bisa aku bayangkan.

Nostalgia hanya bayangan, sayang. Aku sebatang kara. Maafkan aku yang tak mampu bahagia tanpa ledakan dopamin dalam segelas bir.

Apakah bahkan aku tak pantas untuk menonton bahagiamu? Aku ingin tahu, bahu siapa yang menjadi altar yang paling pantas untuk mentahtakan sucinya cintamu. Oh, aku rindu ledakan ini. Dan seperti biasa, kau tak merindukanku.

Hari ini, aku menemukanmu dalam segelas bir. Mengambang di sana seperti mayat bidadari. Bolehkah aku memasuki kepalamu sekali lagi?

Entah.

Kota ini seperti memelukku dalam dekapan palsu. Aku ingin pulang. Aku ingin luruh di kotaku sendiri. Aku ingin hanyut dalam palsunya kotaku sendiri. Karena aku akan percaya pada kotaku sekalipun ia pendusta. Aku di sini, terkoyak-koyak sepi. Sepi adalah tamu yang tak ramah. Ia bisa saja datang sekonyong-konyong tanpa mengetuk pintu. Kematian jauh lebih sopan.

Oh, aku ingin pulang. Biarkan awan membawaku mengambang. Biarkan aku kembali di sudut-sudut tempat aku biasa termenung menunggumu.

Aku ingin jadi jajan pasar yang tak bisa kau temukan di tempat lain. Aku ingin aku. Aku merindukan aku.

Akulah sang kau.

Comments