Jangan Tandingkan Setiap Wanita dengan Vitalia Sesha

Saya suka menjadi makhluk peka di tengah kebingaran hari. Situasi di mana kamu sendiri atau berdua, di tengah keramaian orang-orang asing yang tidak kita kenal. di berbagai tempat. Misalnya mall, jalan, taman, pantai,  atau kantor pajak. Tak segan saya mengamati orang-orang yang berlaluan secara sembunyi-sembunyi. Sedikit-sedikit, mencoba mengirimkan empati yang sedikit lebih dalam dari biasanya dan tidak menganggap mereka hanya orang-orang asik yang secara acak kita temui di tempat umum.

Kadang saya mencoba untuk merasuk ke dalam raut dan membaca garis-garis muka orang yang lewat. Apa yang sudah mereka lalui, apa yang sedang mereka rasakan, penderitaan dan perjuangan apa saja yang sudah mereka lewati. Memikirkan hal itu menjadi hiburan tersendiri bagi saya. Seakan-akan saya sedang membaca buku melalui simbol-simbol lain. Hal-hal yang terlalu menyenangkan, lebih sering saya nikmati sendiri alih-alih menulisnya. Karena keindahan sesungguhnya lebih banyak berenang di dalam diam.

Akhir-akhir ini, yang menarik perhatian saya adalah warna-warni jilbab yang dipakai para muslimah. Makin bervarian saja. Seperti lagu pelangi-pelangi. Trend apa pun yang sedang booming di kalangan perempuan remaja, selalu saja diikuti naiknya penggunaan keyword tertentu yang berbau porno. Misal "Hijab nakal" dan sebagainya.



Tetapi, jika kita amati dari sudut mata laki-laki, perempuan seperti Vitalia Sesha lah yang sedang naik tahta. Yang diratu-ratukan. Semampai, kulit putih mulus terawat, rambut terurai panjang lurus lembut dan beriak-riak, pupil yang lebih lebar dari umumnya (softlens), dada yang subur padat berisi, dan pakaian yang kurang bahan. Itu lah pakem bidadari indonesia. Saya tidak paham dan tidak mau ambil pusing bagaimana konstruksi pola seperti ini bisa membumi.

Sebagian besar laki-laki yang saya temui, selalu berfantasi berenang-renang di gelombang kelam rambutnya, menari-nari di belakang daun telinganya, berseluncur di antara dadanya. Yap. Cantik itu memang aset. Tapi kecantikan yang ada sekarang seperti sebuah konstruksi yang kuat. Iklan-iklan dan sinetron mendoktrin bahwa cantik adalah berkulit putih, berambut panjang lurus, dan berdada indah.

Padahal, kecantikan perempuan, dimensinya jauh lebih dari pada itu.Jika kecantikan mampu membuat laki-laki berenang-renang, kesetiaan dan perangai yang keibuan mampu membuat laki-laki tenggelam ke palung terdalam, sekaligus mengajarinya bernafas di air.

Dunia itu separuh perempuan, dan separuhnya lagi lahir dari rahim perempuan.