TERASING

Tidur adalah satu-satunya bagian hidupku yang benar-benar hidup. Di dalam tidur, kita bisa bermalas-malas di atas awan kapas dan berseluncur di atas pelangi 16 juta warna. Kita bisa membuat kuda punya telinga kelinci dan ular bermuka kucing. Lembar-lembar hiburan yang suci dan kosong dan kita boleh mengisinya sesuka hati untuk membantu kita menghapus hari-hari yang sudah terlalu kusut.

Mimpi adalah jalanan cerita lebih nyata daripada absurditas yang ditawarkan alam sadar. Di dalam mimpi, kita tidak wajib tumbuh dewasa. Tumbuh dewasa membuat kita mengerti hal-hal tak perlu yang hanya memenuhi kepala dengan kata-kata, dan memberi beberapa karakter tambahan di akhir namamu jika sudah lulus sarjana.

Tumbuh dewasa membuat kita merasa asing di kehidupan kita sendiri.



Tenggelam, hanyut, dan menyaru menjadi sebaris kata di antara sajak-sajak gelap mengandung derita. Menjadi sepatah makna yang berharap ditemukan di dalam puisinya sendiri. Tetapi selalu bersembunyi, mengkamuflase diri dan menghindari justifikasi orang-orang yang terlalu percaya diri dengan agamanya, menghindari jurang arak, memeluk erat dahan-dahan rapuh tersisa yang ringkih karena matinya harapan yang tak lagi punya semangat.

Ke mana pun langkah-langkah menuju, selalu diasingkan, dibuang, diusir.
Seperti mamalia jalan yang menggantungkan hidupnya dari remah-remah sisa makan orang.

Gelap malam tak ubahnya bayang-bayang di balik cermin tak bertuan. Kosong. Gelap gulita.
Dan kita berharap dapat menggenggam sekelumit cahaya yang tersisa, ratusan juta tahun cahaya di hadapan kita.

Kita alphabet ke 27 yang dilupakan. Botol-botol air mineral bekas yang sudah habis airnya, lalu ditumpuk sebagai barang-barang terbuang tak terdaur ulang.

dibenamkan ke kubur terdalam di dalam palung laut yang tak tercatat peta dunia.

Mimpi membuat semua sesederhana permainan petak umpet atau kejar-kejaran yang biasa aku lakukan dengan kakakku sewaktu baru saja pindah rumah. Sebelum sesosok Step monster menyerang dan meluluhlantahkan kerajaan yang istananya terbuat dari senyum bersahaja yang bahagia tak tertandingkan.

Waktu menertawai kita seperti hewan tontonan di kebun binatang. Dipenjara, dipasung, di masukkan kandang sistem. Jika keluar dari sana, dianggap memberontak dan gila, kemudian diburu dan dipinggirkan.

Aku rindu kebun belakang dan jemuran di lantai dua. Tempat aku dan kakakku main kereta-keretaan, tanah luas tempat kami menabur beras kering dan kemudian burung-burung kecil berdatangan saling berbagi makanan dengan tertib. Senang kami bukan kepalang.

Dan masa kecil adalah tempat yang lebih sederhana. Tempatku tak merasa asing di dalam sajak yang kubuat sendiri