DELUSI MURAHAN TENTANG RAMALAN BINTANG

Rasanya seperti sudah seribu tahun saya tidak membuka blog ini. Jika blog ini rumah, sarang laba-laba sudah jadi simbol peradaban di delapan sudut. Jika blog ini lidah, maka lidah kaku ibarata lidah rakyat. Saya melewatkan banyak hal untuk diceritakan. Mulai dari kucing kembang desa di kampung yang sudah melahirkan (dia belum mau mengaku siapa bapak dari anak-anaknya), sampai perubahan jalan pikir yang lagi-lagi terjadi.

Keadaan membuat saya harus berpikir delapan puluh tiga kali lebih keras untuk menopang hidup sendiri, agar bulan depan masih bisa makan dengan layak, dan supaya saya tidak perlu mangkir iuran tugas kelompok. Jika ibu kandungmu sudah meninggal dan bapakmu menikahi orang yang salah, semua kemungkinan bisa terjadi. Termasuk yang saya alami sekarang.

Saya menyadari keadaan memaksa saya sementara harus melompat dari taman bermain yang nyaman di otak kanan untuk berada di otak kiri. Otak kiri membuat saya lebih sistematis dalam mencari uang. Saya berubah dari manusia penuh angan-angan dan mimpi menjadi laki-laki realistis yang tidak mencintai perayaan.

Dari saya yang awalnya sering curi-curi baca ramalan bintang di tabloid remaja gratisan di kios koran, menjadi seorang yang menganggap zodiak hanyalah delusi murahan yang mendoktrin kita percaya bahwa letak matahari dan peredaran bumi dapat entah bagaimana mempengaruhi kepribadian kita.
Saya jadi lebih percaya statistika dan ilmu ekonomi mikro dari pada cita-cita untuk merubah dunia. Orang bilang uang dapat menghabisi idealisme seseorang, saya katakan, keadaan dapat menghabisi idealisme manusia sesuci apa pun ia.

Akhir-akhir ini saya jadi rutin datang ke JNE dan Bank. Saya senang melihat wajah-wajah gemas yang sesering mungkin melihat jam. Saya hapal gerakan kaki mereka yang digetar-getarkan, kerut mata mereka, keringat dingin, atau yang berusaha menyibukkan diri dengan ponselnya.

Beberapa akhir belakang saya menghabiskan sepertiga waktu saya untuk membangun Sampan Mimpi bersama Asa, wanita tangguh yang belum melihat seberapa saya memilihnya dengan segala rasa dan perhitungan. Saya jadi sering melewatkan kopi dan sarapan pagi. Setiap hari mata saya berkantung dan statistik menunjukkan bahwa kantung mata saya tidak sia-sia saja tercipta. Aset Sampan Mimpi melonjak 1200% dalam kurang dari sebulan.

Meski punggung saya jadi sering sakit, saya jadi merasa mudah memandang masa depan.
Masa yang saya perhitungkan dengan segala dari segala barometer yang pernah diketahui peradaban.
Saya tidak tahu apa yang saya tulis.
Saya hanya merindukan blog ini.