KEMATIAN PALING MERDU UNTUK DIRINDU

Kita bisa menjadi apa, ketika kita menggambarya sendiri
Kita bisa menjadi siapa, ketika kita menulisnya sendiri

Terperangkap dalam lanskap
Terpenjara dalam gelap
Berharap sayap
Termakan rayap

Kita kesatuan kosmos
yang terbentuk menjadi konspirasi dopamine dan pelukan-pelukan
Komunitas syaraf yang menerjang masa, waktu, dan relativitas
Berputar-putar, berpendar-pendar, seperti suara iba desing sitar

Kalimat-kalimat absurd ini hanyalah celoteh irama, rima, dan titik koma
Bukan untuk mengiringi tarian-tarian ilmu sosial atau pun ilmu kebatinan
Bajingan itu ilmu-ilmu
Jika membuatmu memilih untuk jemu

Sangkal realitas
Cekal batas
Aku masih berdiri di atas nisan yang tercampakkan
Membenahi sobekan-sobekan luka dan derai doa-doa

Aku bukan isyarat, Aku bebas tak bersyarat!
Kamu kumpulan puisi-puisi, bergabung sana pada bibir perigi!

Enyah sudah timpang kaki
Menyaru ingatan jadi tempiyas wajahnya
Dingin tak terperikan suara hati

Kalau aku mati di sini
Biarlah menjadi kematian paling merdu yang bisa dirindu