ESENSI ROKOK DALAM SEBUAH NETRALITAS

 Hari ini, tanggal 31 Mei 2011, ternyata spesial bukan main. 31 Mei bertepatan dengan dua peringatan sekaligus, yaitu Hari ulang tahun Kota Surabaya ke 716. Hari jadi tersebut ditetapkan berdasarkan memoar peristiwa Raden Wijaya (pendiri kerajaan majapahit) berhasil mengusir tentara tar-tar dari kota ini. peristiwa heroik itu terjadi pada 31 Mei 1293 yang menggambarkan betapa cikal bakal Kota ini sebagai kota pahlawan sudah menampakkan unsur kepahlawanan nan gagah sejak awal berdirinya.

Selamat ulang tahun kepada Kota tempat saya bernaung sedari mrocot hingga dewasa ini. Eits, tapi jangan kalut atas kebahagiaan dan gegap gempita ulang tahun Surabaya, ada juga yang tak kalah penting untuk diberi atensi, karena 31 Mei juga bertepatan dengan Hari Tanpa Rokok Sedunia atau tembakau (World No Tobacco Day) yang diprakarsai oleh WHO (World Health Organization).

Nah, kenapa masih banyak orang merokok, sedangkan pada setiap bungkus rokok sudah tercantum disclaimer "Merokok dapat menyebabkan.. bla.. bla.. bla.." ? Bahkan Saya yakin, Haqqul yakin, di hari tanpa rokok sedunia, masih banyak yang kebal-kebul di warung kopi, atau di teras-teras wisma di doli. Pertanyaan seperti itu terpasung menjadi retorika yang tak kunjung terjawab oleh waktu. Karena dari kacamata Saya, sebagai Remaja Jelata, renungan-renungan dan karangan ilmiah edukatif yang ada tentang rokok masih kurang komprehensif dan masih sangat subjektif.



Jika tidak setuju rokok, maka yang menulis pasti tidak merokok, sehingga tidak mengerti bagaimana pendekatan yang benar terhadap para pecandu rokok.Sehingga karya-karya tulisannya yang dimaksudkan sebagai media persuasi untuk para perokok agar meninggalkan rokok sangat melenceng dari tujuannya. Karena tulisan-tulisan seperti itu terkesan sangat mengadili dan men-judge para perokok sebagai perusak moral dan lingkungan. Sehingga, para perokok membacanyapun sudah malas. Karena merasa diposisikan sebagai anjing biadab yang enyah saja dari muka bumi. Padahal sejatinya pendekatan harus benar-benar persuasif secara menyeluruh, kompleks.

  Jika setuju dengan keindustrian rokok, muncul karya tulis macam buku berjudul "THANK YOU FOR SMOKING : TERIMA KASIH SUDAH MEROKOK" karya Nick Naylor, seorang juru bicara industri tembakau yang menikmati melindungi hak-hak perokok dan mendukung kebebasan mereka secara terbuka meski sempat disamakan dengan penjahat perang nazi.

Propaganda tentang baik buruknya rokok semakin ekstrim diperdebatkan karena kesalahan metode pendekatan. Sebelumnya, Saya paparkan bahwa Saya dulu sangat apatis terhadap rokok. Tapi sekarang Saya adalah seorang perokok. Sehingga saya tahu dua sisi mata uang baik-buruknya rokok. Selama ini, kebaikan-kebaikan rokok selalu disembunyikan karena alasan moral dan kesehatan, meski jadi kentara sok moralis. Kita paparkan apa saja baik-buruknya rokok dari sudut pandang saya yang pernah menghujat habis perokok dan sekarang jadi perokok meski hanya merokok ketika stres dan dalam suasana ramai sebagai media sosial.

KEBAIKAN POSITIF ROKOK
  • Rokok sebagai media sosial adalah rahasia umum. Dalam satu komunitas sosial, rokok bisa jadi media ice breaking yang ampuh bukan buatan. Contohnya, jika Saya ada di luar kota, lalu Saya nongkrong di warkop atau numpang di kos teman. Ketika bertemu orang-orang sebaya yang belum kenal, Saya mengawarkan rokok atau korek. "Rokok mas?" "korek mas?" kemudian percakapan akan santai karena ada pemuai keadaan. Ini kedengaran sepele, tapi sangat dahsyat kenyataannya.Pendeknya sebagai media basa-basi.
  • Secara sugestif, rokok memberikan efek rileks. Ketika sedang tegang, rokok memberikan ketenangan yang datang begitu saja. Yang jika kit atela'ah lebih jauh, sebenarnya yang membuat rileks adalah ritme bernafas yang Kita lakukan tatkala merokok. Itu membuat nafas kita jadi teratur secara birama. Hisap.. buang..
  • Jika dalam satu lingkungan sosial semua merokok, dan Anda menjadi satu-satunya perokok pasif, hal itu berbahaya. Jika Anda juga merokok, berarti Anda mengurangi risiko sebagai perokok pasif. Karena Perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif.. Perokok aktif organ tubuhnya lebih resisten terhadap asap rokok.
  • Menambah kepercayaan diri. Ya, dalam kelas sosial tertentu, merokok dianalogikan dengan kejantanan dan kedewasaan. Dan orang yang merokok, kesannya tenang, cool, dan tidak tergesa-gesa.
  • Menambah duit negara. Ini alasan utama negara Indonesia begitu sulitnya membuat aturan yang lebih menekan angka perokok. Karena 54% devisa negara ini datang dari 240 milyar batang rokok per tahun yang diproduksi oleh pabriakn rokok dalam negeri.
  • Menyerap tenaga kerja. Anda bayangkan berapa keluarga yang akan susah makan jika rokok dilarang di negeri ini. Karena kebutuhan rokok banyak, sehingga produsen berlomba-lomba untuk menyediakan.
  • Sebagai sumber dana bagi kegiatan-kegiatan yang berguna. Semua orang tahu jika satu event apapun, selalu kesulitan berjalan tanpa sokongan dana dari perusahaan rokok. Film, olahraga, seni, semuanya jadi media iklan rokok.
  • Rokok adalah sebuah wujud bunuh diri mini bagi para remaja di usia labil (Ababil), karena di masa transisi, remaja berkecenderungan menikmati hal-hal yang bersifat menyakiti diri. Kadang remaja serius jika mengancam ingin bunuh diri. Nah, dengan merokok, mereka merasa sudah melakukan sebuah usaha untuk membunuh diri mereka. Seperti mencicil bunuh diri gitu lah. Ini nyata. 
KEBURUKAN ROKOK
  • Adiktif, bikin kecanduan. Kandungan nikotinnya mengikat bagian impulsif otak sehingga penggunanya merasa nikmat yang Ia ingin coba lagi. Seperti kafein.
  • Menurut penelitian yang digarap oleh Dr Vincent Sorrell, ahli jantung dari East Carolina University, satu kali hisapan rokok langsung mempengaruhi fungsi jantung.
  • Rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya seperti monoksida, sianida, dan uap fosfor
  • Menghabiskan uang secara personal. Berapa harga satu batang rokok?  kalikan dengan berapa banyak batang yang anda habiskan satu hari. Kemudian kalikan 30. Hitung saja, dan uang yang dikeluarkan perokok berat dalam sebulan dapat memberi makan tiga keluarga miskin di afrika dalam sebulan.
  • Dan masih banyak lagi. Sudah banyak yang membahas

Nah, itu tadi adalah baik-buruknya rokok. Permasalahan kompleksnya adalah rokok sulit sekali dicabut peran vitalnya karena strategi bisnis yang luar biasa. Apa saja masalahnya?
  • Rokok menjadi sponsor utama di cabang-cabang olahraga dan seni yang populer, sehingga citranya jadi positif dan sehat
  • Indonesia tidak memasukkan bea cukai dari rokok sebagai sin tax (pajak dosa) seperti yang dilakukan negara lain. Di negara lain, 70% dana yang dihasilkan dari pajak dosa dialirkan untuk usaha memberantas asal pajak itu.
  • Rokok sudah membudaya 
  • Belum adanya UU yang khusus merugulasi rokok dan pengiklanannya. Dalam UU 32 tahun 2002 tentang penyiaran, belum terlalu komprehensif membahas tentang industri dan advertising perusahaan rokok
  • Belum ada regulasi anti merokok di tempat umum secara formal dalam lingkup nasional. mentok cuma Perda.
Semua itu tergantung dari mana kita berpijak diatas sebuah sudut pandang. Tapi, yang namanya budaya akan sulit dicabut karena rokok sudah menjadi kebutuhan, seperti pulsa dan air minum. Rokok=duit. Stigma itulah yang meracuni sebagian besar moral pejabat dan institusi terkait. Orang-orang terkaya Indonesia selalu diduduki para pemilik pabrik rokok.  


Apa pendapat Anda?