TABIAT SEBELUM UNAS VS TABIAT SESUDAH UNAS

Kita analogikan saja tokoh kita ini sebagai "Semki" Sebut saja begitu. Baeklah, biar Aku hikayatkan padamu. Simaklah dengan hikmat.

SEBELUM UNAS

Semki blingsatan. Unas tinggal sedepa di belanga. Dekat bukan main. Sejak sebulan yang lalu, Semki berhenti main domino di warung kopi Cak Karmin, Ia memilih langsung pulang dan membuka buku. Bahka Ia membeli buku berjudul "SUKSES UNAS 2011" setebal dua ratus sebelas halaman di toko loak. Kemajuan pesat mengingat Ia membelikan temannya onde-onde sebutir saja sudah pamrih luar biasa.

Sekarang Ia juga tak pernah dugem dan berajib-ajib bersama konglomerat lokal. Bukan karena ingin mengalokasikan waktu dugem untuk belajar, tapi memang dasarnya Semki melarat. Mana punya duit buat dibuang-buang? Emang anaknya pejabat?

Jika adzan memanggil-manggil dari surau langgar, hatinya laksana embun. Tenang dan terhormat. Ia akan sesegera mungkin mengambil air wudlu dan berjalan cepat ke langgar agar dapat shaf pertama. Kata Pak Haji, shaf pertama karomahnya besar. Bahkan Ia berbaris melintang bersama sesepuh-sesepuh yang sudah ingat akhirat. Yang sudah bau tanah dan tinggal menghitung purnama untuk dijemput malaikat maut. Konon waktu muda mereka juga pernah taat beribadah. Tepatnya waktu menjelang ujian nasional.



Ketika malam menagkudeta langit, ketika manusia-manusia ngorok dengan durjana, ketika dedemit, kuntilanak, uka-uka, pocong yang perawan dan yang tidak, sundel bolong, jelangkung, semua menyeruak, pesta bini, menari-nari di bawah rembulan, Semki ta kdapdat tidur nyenyak. Ia gelisah dalam tidurnya. Seperti Ikan lele masuk penggorengan. Gelisah bukan dua. Keringatnya sebiji jagung bercucuran membuatnya seperti habis nyemplung sumur tua, dimana didasarnya Ia disusui wewe gombel yang sedang birahi.

Semki menggelepar-gelepar di peraduan. Sungguh Unas menyikat seluruh atensinya. Bagaimana jika Ia tidak lulus? Mau ditaruh mana muka ini? Mau jadi apa Dia jika bahasa inggrisnya dapat nilai bebek seperti yang baisa Ia dapat pada ulangan harian? Pikiran-pikiran seperti itu Ia piara dalam kepala, beranak pinak. Akhirnya Semki memutuskan untuk sholat malam. Menyimpuh sujud paling takzim kepada Tuhannya, yang selama ini Ia campakkan. Ia menangis dalam sujudnya. Berderai-derai sesenggukan seperti istri kepala desa yang lakinya kawin lagi. Betapa Unas memengaruhi masa depan, vital tak tertandingkan. Benar-benar magis yang namanya Unas itu.


SESUDAH UNAS

SEKOLAH KITA LULUS SERATUS PERSEN!!! Begitu teriak para Siswa yang mendapati madu setelah peluh dicucurkan untuk mendapatkan hasil maksi. Lulus Unas. Euforianya luar biasa. Disalami sana-sini seperti emak pulang haji bawa zam-zam. Tawa tumpah ruah, meledak seledak-ledaknya. Termasuk Semki yang baju seragam putih abu-abunya sudah penuh coretan warna-warna. Full tanda tangan kawan-kawan. Giginya yang kuning-kuning tak dapat disembunyikannya lagi. Ia mengangkat kepalan kedua tangan tinggi-tinggi diatas boncengan motor kawannya, suzuki tangki biji nangka yang knalpotnya batuk-batuk tak ubahnya mau sakaratul maut, asap knalpotnya hitam. Nampaknya motor si kawan Semki kena kangker paru-paru karena teralalu banyak merokok di waruang kopi sepulang sekolah.

Ia berteriak-teriak "LULUS! LULUS!" sepanjang jalan. Merasa jadi Xavi Hernandez habis menang liga spanyol. Jalan diboikot, padahal pajak yang bayar orang tua mereka. Mana peduli? yang penting party! party! party! Semua gemah ripah cucur keringat harus lunas dengan pesta! Harus dirayakan besar-besaran! lupakan dululah sejenak utang dua sisir pisang goreng dan tiga cangkir kopi di Wader sebelah sekolah. Diabayar dibayar, Tenang ae.

Guru-guru sudah memperingatkan agar duduk manis saja di rumah, nonton Fara Queen dan masakannya. Atau dada montoknya. Terserah Kalian. Yang penting jangan konvoi. Kata Pak polisi itu nggak baek. Lihatr pengumuman di onlen saja. Internet, internet. Tahu kan? udik sekali kalian!

Habis konvoi, mereka tidur lelap di ranjang. Masih dengan seragam yang di modif sedemikia rupa, seperti pelangi kena badai. Mereka lelap. lelap bukan buatan. Adzan yang syahdu dirasa penagganggu. Semki menutup telinganya dengan bantal. Ah, buat apa. Mau minta apa lagi ke Tuhan? toh sudah lulus Unas?

Jadi, Pak Pemerentah, atau siapa saja, jika bilang Unas melahirkan ahli ibadah, jangan sesumbar dululah. Unas hanya melahirkan kemunafikan yang energi munafiknya membudaya. Melahirkan konseptor-konseptor syirik dan ahli ibadah singkat. Harusnya religi itu didarahdagingkan mulai orok, mulai kelas satu. Jauh-jauh hari. Mau tidak mau, kita harus bijaksana mengakui Unas telah mereduksi akhlak bangsa sampai kronis. Karena munafik lebih hina dari pezinah. Unas akan menelurkan koruptor-koruptor masa depan. Banyak yang tidak bisa saya sampaikan secara frontal. Tapi intinya sedemikian. Salam.